Rabu, 31 Juli 2013

Semua Tak Sama Ketika Berjalan di Dalam Perbedaan

Untuk tulis sebuah tulisan pun sebelumnya harus berpikir-pikir dulu apa yang harus dan ingin gue bagikan di sini. Tadi sewaktu cuci piring, tanpa sengaja sudah banyak argumen yang berlalu-lalang menyelinap masuk dalam benak dan akhirnya sangat rumit untuk dimengerti alurnya. 

Ya, menjalani hidup tanpa rencana serta alur tujuan yang jelas, seperti berjalan di atas serpihan kaca tanpa alas kaki sebagai pelindung. Apabila dilihat dari jauh dengan ditimpali cahaya matahari, serpihan itu memancarkan kerlingan-kerlingan yang akan menipu mata apabila lengah dalam melihat. Serpihan itu nampak seperti berlian-berlian yang tercecer di atas tanah bumi. Indah..., namun ketika didekati, justu sangat tampak tekstur ketidak teraturannya sehingga membuat si pelaku visual berlalu tanpa meninggalkan sedikit pun jejak sidik jari atas benda tersebut. 

Sepatah kata penting yang tidak mampu diungkapkan, terasa seperti paku-paku kecil yang kemudian menusuk-nusuk dada. Yang berhasil membuat pernapasan menjadi terengah-engah karena berusaha memperjuangkannya.
Masalah lagi, masalah lagi. Masalah kecil dan sepele akan sangat terasa aromanya ketika dibiarkan tenang.
Ya, tenang. Mencari posisi keamanan yang tepat untuk berlari dari kenyataan. Akhirnya, semua berujung pada akhir yang tak berujung. Ya, sebut saja 'sebuah ujung yang tak berujung'. Sebuah kata yang akan membuat bingung pembacanya. Kata-kata ringan dan sederhana, ada banyak orang yang berusaha ingin mengerti namun dengan cara yang tidak ringan dan tidak sederhana lagi. Akhirnya, semua menjadi terkontaminasi dengan keadaan yang ada, dengan situasi yang ada, dengan kondisi yang ada. Menjadi tak terarah.

Kembali ke topik mengenai serpihan kaca dengan tekstur yang tak beratur tadi, tidak sedikit orang yang memandang hidup serupa dengan hal tersebut. Banyak yang salah dalam mengartikan perjalanan hidup yang dimilikinya, dengan membandingkan perjalanan hidup orang lain yang dirasanya lebih baik dari yang ia miliki. Tak jarang orang tertipu dengan pemandangan awal yang bagus, namun malah berakhir mengecewakan. 

Suara narator kehidupan selalu menerjang hati serta arus pikiran setiap individu. Hanya dengan menjatuhkan kepada pilihan yang bijak sajalah yang dapat menyelamatkannya. Banyak orang yang menuntut agar dunia mengikutinya, padahal ia tidak sadar apakah dirinya sudah layak dan pantas untuk diikuti? 

Banyak orang berharap dapat menaklukkan dunia, padahal ia tidak sadar siapa Pemilik alam semesta yang sungguh luar biasa ini?
Ia saja tidak menuntut agar dunia mengikuti-Nya, Ia juga tidak menuntut agar Ia mampu menaklukkan dunia. Sesungguhnya, tanpa Ia berkeinginan pun, semua sudah tergariskan demikian, yakni para penghuni bumi akan tunduk, ikut, dan takluk akan Dia. Yang membedakan hanyalah tentang 'kepercayaan'.

Ya, kehidupan itu harus selalu disyukuri. Mau bagaimana pun keadaannya. Setiap individu memiliki cara yang berbeda-beda untuk menyatakan syukur kepada Tuhannya. Hanya yang membedakan ialah, iman yang dipakai sebagai perisai kebersyukuran itu.

Tuhan memberkati kita semua :)
Berjalan bersama Tuhan akan mengubah titik dua buka kurung, menjadi titik dua tutup kurung.
Sungguh indah.