Senin, 31 Oktober 2016

Curhat, nih?

Halo, guys!

Gue kembali dengan postingan yang gak tau nih mau tulis apa.
Gue hanya sedang merasa lega karena sudah lewatin UTS yang berat menurut gue, tapi enteng menurut orang lain yang gak ngerasain.

Gue gak tau, beratnya karena gue berat-beratin atau memang aslinya begitu.
Yaa, gue bersyukur karena sudah lewatin satu step di semester 3 ini
Masih ada UAS di akhir Desember nanti.

Ya, kampus gue emang paling asyik! UAS setiap minggu terakhir di bulan Desember.
Jadi, setelah itu langsung loss libur 2 bulan.
Alhasil, Natal dan tahun baru tahun lalu gue ga bisa nikmatin banget. Karena kenapa? Tanggal 32 Gue masih masuk, men! Tanggal 1 dan 2 Januari 2016 libur tahun baru, lalu tanggal 3 Januari 2016 gue masuk lagi untuk nyambung UAS.
Seruuuu!
Karena saat temen-temen di gereja atau di rumah pada having fun, gue berkutat sama catetan dan handsout power point dosen.
Berasa profesor. Halah!

Semester ini gue kuliah 4 hari..
Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu
hari Rabu, Kamis, dan Sabtu FULL!
Jumat doang yang cuma 1 sesi pagi. Jadi, bisa pulang cepet dan kalau dapet keretanya ceept juga bisa sampe rumah jam 2an. Bisa tidur siang!!!
Nah, untuk Rabu, Kamis, dan Sabtu sampe sesi 3. Sesi 3 selesai jam 3 atau setengah 4.
Perjalanan kereta kalau normal 1,5 jam ke Lenteng Agung, dan 2 jam/ebih kalau ngetem di manggarai dan tanah abang.
Jam pulang paing extreme 2 kali gue alamin.
Pertama waktu semester 1, tas jinjing gue yang isinya binder catetan sama buku-buku kuliah ketinggalan di bagasi kereta di atas tempat duduk.
Itu udah malem, jam setengah 7an sampe duri sambil nunggu pacar gue nyamperin buat jemput naik kereta uga di duri.
Lahhh, gue baru inget pas lagi jalan mau nyebrang rel, kayak ada yang kurang.
Langsung inget kalau tas gue ketinggalan, dan kereta udah jalan beberapa menit.
Buru-buru telpon pacar gue, dan lapor ke satpam dan diarahkan lapor ke pusat informasi.
Di situlah gue merasa deket dengan crew KCJ. Karena for the first time gue ngeliat bagian dalem perangkat dan cara kerja mereka yang selama ini cuma gue denger dari speaker toa di stasiun.
Seketika gue pengen jadi entah itu announcer di belakang kereta, atau yang kerja di kantornya, bagian komunikasi..
Hehehe gak jauh-jauh lah ya passionnya dari komunikasi..
Oke, sampe rumah jam 11 malem. Padahal harusnya jam setengah 8 atau jam 8 udah sampe rumah.
Karena tas gue ud kebawa sampe kemayoran, dan gue mesti nunggu kereta yang naujubilah lamanya,
Tapi untung ditemenin pacar, jadi ga sedih-sedih amat, gak capek-capek amat karena ada yang ngajak ngobrol.
Ya, kalau ga ada pun mungkin gue bakal ngobrol sendiri *lho

Nah, pulang larut malem gue yang kedua adalah saat ada kereta anjlok di manggarai.
Itu gangguan terparah yang pernah gue alami. Waktu itu gue sendiri, karena pacar nunggu di stasiun tangerang. Tapi jadinya nyusul ke duri.
Waktu itu gak bisa lewat karena keretanya anjlok di pertengahan jalur dari entah dari arah cikini/sudirman mau ke manggarai.
Intinya, dua jalur mau ke jakarta kota atau ke duri tetep ga bis dilewatin.
Alhasil dari Lenteng Agung, ketahan di Pasar Minggu kurang lebih 2 jam.
Akhirnya sampe di Manggarai, dan gue nyambung ke kereta jatinegara. Dari jatinegara turun lagi, dan bermaksud nyambung kereta ke bogor yang otomatis lewatin duri.
Eh ternyata keretanya cuma sampe kampung bandan.
Nah, ketahan di Kampung Bandan lamaaaa banget karena ga ada kereta yang dateng buat ke duri. Beberapa kereta yang lewat dialihkan ke bekasi, atau jakarta kota.
Sampe akhirnya ada kereta ke duri, dan itu langsung penuhhhh.
Di duri gue ketemu pacar, dan kita pulang!
Sampe rumah jam setengah 12 malem.
Untung besoknya masuk siang.

Okelah, postingan kali ini ga ada kesimpulan tertentu.

Babay!!!

Minggu, 23 Oktober 2016

SADAR

Selama manusia masih berpijak dan bergantung untuk hidup di dunia, tak luput dari yang namanya "ego".
Kalau dalam mata kuliah Psikologi Komunikasi, terdapat 4 aliran psikologis, salah satunya adalah PSIKOANALISIS, maka kita akan dikenalkan dengan  3 komponen yang terdapat pada aliran itu, yakni ID, Super Ego, dan Ego.

1. Pada dasarnya, setiap manusia punya yang namanya "tabiat hewani" di dalam dirinya masing-masing. Tabiat ini masuk ke dalam kategori ID (baca: id).

Apa itu ID? ID berisi impuls agresif dan libinal yang bekerja menurut prinsip kesenangan. ID ini cenderung bersifat egois, kalau sudah parah biasanya cenderung tidak bermoral karena tidak lgi menghargai hak dan tidak mempertimbangan etika. Mungkin, akal dan budinya tertutup oleh egoisnya. 

Contoh kasus dari ID misalnya,
di dalam suatu kelas yang sedang ada KBM (kegiatan belajar mengajar), ada seorang murid yang biasanya duduk di kursi bagian depan. Dia lapar, tanpa pikir panjang dia segera mengeluarkan bekal yang berisi ikan asin, sambal terasi, sayur asal yang dibawakan mamanya dari rumah. Sesegera mungkin dia makan. Lantas gurunya segera menegur murid tsb karena memang belum waktunya istirahat. 
Apa yang terjadi? Justru anak ini membantah dengan mengatakan "kan saya laper. ibu mau tanggung jawab kalau saya pingsan?". 

Dari contoh di atas, sepertinya kita banyak menemukan kasus-kasus serupa meski bukan dalam cerita yang sama. Melakukan sesuatu guna memuaskan diri sendiri, tanpa memikirkan baik/tidak bagi orang lain, yang penting kita selamat dan untung. Tabiat hewaninya adalah ya egois itu. Coba deh perhatikan kucing yang lagi makan. Apakah dia mikirin sekitarnya ketika lagi makan? Apakah dia akan nawarin makanannya ke kucing lain entah sekadar untuk basa/basi atau serius?
Coba deh refleksikan, apakah kita pernah seperti itu?

2. Super Ego yang merupakan salah satu komponen dorongan untuk berbuat kebaikan (unsur moral) guna merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntutan moral. 

Kalau contoh kasusnya, kita bisa lihat kisah penyanyi Stevie Wonder. 
Dosen saya cerita kalau dulu sewaktu Stevie Wonder masih kecil (SD), di sekolah ia selalu menjadi bahan bully teman-temannya. Stevie Wonder yang terlahir buta hingga saat ini, sempat tidak mau sekolah karena trauma diejek dan direndahkan teman-teman di sekolahnya. Dia sempat gak punya teman karena dia minder. Dia cerita kepada mamanya, dan mamanya bilang "kamu gak boleh mundur. Kamu itu anak mama, anak mama itu hebat. Kamu harus bisa tunjukan ke teman-temanmu kalau kamu tidak seperti yang mereka katakan." Akhirnya Stevie mau untuk pergi ke sekolah lagi. Tiba di sekolah, ia mengalami tekanan lago dari teman-temannya, Dia kembali menangis kepada mamanya, sampai akhirnya mamanya bilang "kamu kan bisa main entah piano/keyboard, kamu bawa aja ke sekolah. Kalau jam istirahat, kamu bisa mainkan alam musik itu.". Stevie kecil mengikuti yang dikatakan mamanya. Setiap hari ia membawa alat musik itu dan selalu memainaknnya sewaktu jam istirahat. Setiap jam istirahat itulah teman-temannya banyak yang mengerumuni dan ikutan menyanyi. Dari situ, Stevie mulai percaya diri karena mulai mendapatkan teman. Sampai sekarang, akhirnya Stevie telah menjadi "orang" berkat motivasi hebat dari mamanya. 
Yang dilakukan mamaya adalah masuk ke dalam kategori SUPER EGO.

3. Ego digunakan untuk menjaga keseimbangan antara tuntutan ID dan SUPER EGO. Ego berfungsi sebagai mediatir hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Prinsipnya adalah Ego menyesuaikan dorongan ID dan Super Ego.

Kalau Ego terlalu dikuasai ID, maka yang terjadi adalah PSIKOPAT. Alhasil tidak memperhatikan norma.
Nah, kalau ego terlalu dikuasai SUPER EGO, maka yang terjadi adalah PSIKONEUROSIS. Alhasil tidak dapat menyalurkan sebagian besar dorongan primitifnya. 

Contoh kasusnya seperti ini:
Di sebuah TK ada seorang murid yang dididik orang tuanya untuk selalu mencuci tangan setiap kali sebelum/setelah makan, sebelum/setelah memegang benda apapun. Suatu waktu, di sekolahnya sedang mengadakan makan bersama. Tentu murid-murid tersebut berasa dari keluarga dengan cara didik yang berbeda-beda. Pada saat eksekusi, ia melihat temannya yang langsung mengambil buah apel tanpa cuci tangan terlebih dulu. Bagi si anak itu adalah hal biasa. Tapi bagi si anak yang satu itu adalah hal jorok. Ia lantas menjerit dan mengadu kepada gurunya bahwa temannya belum cuci tangan. Memang baik, tetapi hal itu cenderung menuntut orang lain melakukan hal yang sama dengan yang kita lakukan. 

Kenapa pada postingan ini gue membahas 3 komponen ini?
Karena baru aja gue mengalami ketiga kasus di atas yang tersusun dalam satu kejadian secara sekaligus. 

Banyak orang bilang kalau kita akan mudah tersakiti oleh orang-orang terdekat kita. Nyatanya BENAR. karena apa? Karena kita cenderung lebih sensitif sama orang-orang terdekat. Jadi, waktu orang-orang itu melakukan sesuatu yang gak seperti biasanya, kita kaget. Waktu orang-orang itu gak melakukan seperti apa yang kita lakukan, kita merasa kaget dan buru-buru pengen ngadu tapi gak tau ngadu ke siapa. Nah, ini mungkin masuk ke dalam EGO. 

Ketika diri sendiri mencoba untuk memotivasi diri, mengatakan "aku beruntung" secara terus menerus sampai akhirnya kita menjadi semangat lagi dan mengenyampingkan "luka-luka" yang masih basah, mungkin itu salah satu bentuk dari super ego.

Ketika kita buta, gak berpikir panjang tentang apa yang sudah atau hendak kita lakukan, dan menyakiti orang lain tanpa pikirin keadaan mereka, mungkin saat itu ID di dalam diri sedang aktif. 

Intinya SEMANGAT UTS, NIK!

Oh iya, gue bukan anak psikolog, jadi kalau ada salah definisi dan salah contoh kasus di tulisan ini, mohon bantu koreksi ya, 
Ini berdasarkan materi yang dikasih dosen aja sih. 
Mungkin saya yang salah catet ya hehehe
*peace*

Senin, 03 Oktober 2016

PERBEDAAN SMA DAN KULIAH

Selamat malam, semua!
Kali ini gue mau berbagi beberapa hal berkaitan dengn masa peralihan dari jenjang SMA ke jenjang kuliah, posting-an ini tentu sangat berguna buat kalian semua yang mau gak mau harus segera beradaptasi dengan dunia kampus.

Kalau sudah masuk ke dalam dunia kampus, tentu akan sangat berbeda dengan dunia sekolah. Dimulai dari tenaga pengajarnya, tugas-tugasnya, mata kuliahnya, sampai tenaga dan effort yang harus kamu kerahkan untuk meraih gelar sarjana. Tentu, jangan membuat orientasi kuliah hanya sekadar untuk mendapat gelar, tetapi lebih dari itu...karena nantiya kita akan menjadi orang tua, tentu kuliah akan banyak sekali merubah mindset dan perspektif kita terhadap dunia. Maka, semakin tinggi jenjang pendidikan yang kita enyam saat ini, maka semakin berkualitas pula generasi-generasi bangsa Indonesia di kemudian hari. Ingat! Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Amiiiin.

Tetapi, untuk kalian yang belum bisa rasain bangku kuliah, juga harus tetep semangat! karena kualitas diri seseorang nggak harus dinilai dari pendidikannya, tapi wawasan dan attitude. Wawasan bisa didapet di mana aja, asal kita mau untuk menerima. Karena pengetahuan nggak hanya didapet dalam dunia akademik aja, tetapi di segala aspek kita akan selau berhadapan dengan yang namanya pengetahuan. Nahhh, atitude lah yang akan menjadi tolok ukur orang itu beretika atau nggak. Orang pinter, cerdas, jenius kalau nggak beretika siapa yang mau temenin, sih? Temen mungkin ada, tapi siapa yang mau menghargai?

Oke, berikut akan gue ulas singkat perbedaan SMA dengan kuliah. Check it out!
1. Gedung
Bagi beberapa universitas/institut gedung perfakultas memang dipisah-pisah, seperti UI, IPB, dll. Tapi, nggak jarang juga kok kampus yang fakultasnya gabung. Sepeerti kampus gue, IISIP Jakarta semua fakultas belajar pada satu gedung yang sama. Yang membedakan hanyalah mata kuliah, ruangan, sesi kuliah, dan dosen yang mengajar. Bagi sebagian universitas/institut/setara menerapkan sistem moving class, tetapi ada juga yang stay class jadi modelnya kayak waktu sekolah. Maksudnya adalah temen kelas tetep sama, hanya matkul, ruangan, dan dosennya aja yang berbeda. Nah, di kampus gue menganut sistem moving class. Jadi, setiap matkul temennya beda-beda. Mau nggak mau, harus beradaptasi dengen cepet karena biasanya dosen selalu membagi kelas menjadi beberapa kelompok untuk maju presentasi materi.

Nah, kalau di SMA, semua jurusan IPA, IPS, BAHASA sudah pasti berada pada satu lingkungan yang sama dong. Nggak terpisah-pisah yang harus ditempuh pakai bus atau kendaraan dulu.

2. Pelajaran
Di dunia kampus, kita akan bertemu dengan mata kuliah yang rasanya "kok kayak gini aja mesti dipelajarin, sih", tapi ternyata ketika kita masuk di dalam materi kemudian muncul rasa "alamakkk, ternyata..." (isi sesuai dengan penilaian masing-masing). Kenapa begitu? Karena di kuliahan kita sudah mulai diarahkan kepada perjuangan kehidupan sesungguhnya yang akan kita rasain ketika sudah lulus nanti. Jadi, pelajaran-pelajarannya juga sudah sangat menjurus ke konsentrasi jurusan kuliah kita. Kalau gue konsentrasi humas jurusan komunikasi, maka mata kuliah yang harus gue ambil pun beragam ada pengantar ilmu komunikasi, kegiatan humas, manajemen humas, penulisan humas, hukum dan komunikasi, psikologi komunikasi, metode penelitian sosial, metode penelitian komunikasi, KKL (Kuliah Kerja Lapangan/Langsung, seminar, dan terakhir skripsi. Tentu masih banyak lagi mata kuliah yang harus gue jalani tetapi nggak bisa disebutkan satu-satu karena saking banyaknya. Nahhh, yang paling membedakan adalah di bangky kuliah kita akan bergaul erat dengan yang namanya SKS. Apa itu SKS? Sistem Kebut Semalam? Bukan! tapi Sistem Kredit Semester. Istilahnya nyicil buat jadi sarjana. Kalau udah lunas (dalam arti sudah mencapai syarat sarjana) maka ita akan mendapat gelar di belakang nama. Jadi, dari awal semester  kuliah, kita diberikan maximal limit SKS. persemester, SKS akan ditabung dan pada akhirnya dikalkulasi untuk melihat apakah jumlah SKS kita sudah mencapai syarat untuk mengambil skripsi? (Di kampus gue, syarat untuk ambil skripsi minimal 126 sks, nah syarat untuk lulus sarjana adalah minimal 150 sks. Maksimal SKS yang bisa diambil mahasiswa persemester adalah 24 SKS (sesuai dengan jumlah IP Kumulatif persemester)). Rata-rata mahasiswa bisa ambil 21-22 SKS persemesternya.

3. Dosen
Berbeda jauh dengan guru. Kalau dalam hal kumpul tugas yang namanya dunia kuliah nggak ada toleransi atau nyusul-nyusulan kumpul tugas, Kalau nggak ngumpul tepat waktu, ya sudah lewatlah nilai tugas kita. Kecuali sudah ada kesepakatan dengan dosen. Untuk dapetin restu dosen buat kumpul tugas nyusul pun perlu perjuangan yang tidak bisa dikatakan mudah.

4. Jam kuliah
Kamu akan temuin kefleksibelan jam kuliah. Maksudnya adalah ada saat di mana jam kuliah kamu jumping misal dari sesi 1 (08.00-10.30) ke sesi 4 (15.30-18.00). Itu artinya dari jam 10.30-15.30 kamu punya waktu kosong yang bebas kamu gunain buat apa aja. Bisa tidur (numpang di perpus/kost-an temen/kost-an sendiri), bisa buat kerjain tugas, atau jalan-jalan. Tapi jangan lupa balik lagi ke kampus buat kuliah, ya.

5. Jatah Absen
Sebagian besar kampus menerapkan sistem minimal jumlah kehadiran setiap kelas 80% dari total pertemuan kuliah. Misal total 14x pertemuan, artinya kamu hanya boleh maksimal 3x nggak masuk di kelas itu. Itu merupakan kebijakan dari pemerintah. Jatah nggak masuk kelas itu berlaku maksimal 3x perkelas matkul. Berbeda banget dengan sekolah, kan? Kamu sakit seminggu juga nggak masalah asal ada kabar. Kalau kuliah, kamu mau sakit parah pun pihak kampus nggak akan pikirin karena ada banyak mahasiswa yang mereka urusin. So, masalah masuk atau nggak masuk kuliah, itu menajdi tanggung jawab kamu. Maka itu, hati-hati di jalan, jaga kesehatan, dan rajin kuliah.

6. Temen
Di dunia kampus, jangan harap untuk andelin temen, atau kita yang bakal jatuh sendiri. Di kampus adalah tempat di mana kamu belajar semuanya serba mandiri. Meski tugas kelompok, jangan tunggu-tungguan. Tapi harus punya inisiatif untuk memulai. Supaya apa? Supaya kamu bisa menyelamatkan dirimu sendiri dalam hal nilai khususnya, ya. Memang ada teman yang bisa diajak kerja sama, tapi ada juga yang hanya numpang nama untuk mendapat nilai. Jangan sedih/kecewa/apalagi baper. Hal itu sudah biasa, tugasmu adalah selamatkan dirimu. Toh, kalau kamu kerjain tugasnya, kamu akan menguasai isi tugasnya juga. Ini menjadi nilai lebih yang berpengaruh pada wawasanmu, apalagi kalau presentasi. Waah, kamu sudah menyalip sedikit dari temanmu yang hanya maunya numpang nama tadi Semangat! Dosen tau kok mana yang bekerja dan yang tidak.

7. Pergaulan
Di dunia kampus semua serba tanggung jawab kita. Mau nakal, ya urusan diri sendiri. Mau baik, ya urusan diri sendiri. Tentu, semua nggak luput dari segala resiko. Nahhh, maka itu pinter-pinterlah memilih teman. Kalau dari awal salah dalam memilih teman sepergaulan, maka akan sangat berpengaruh pada performa kita di kelas. Kalau temenan dengan yang suka main/ngeband, wahhh bisa-bisa kuliah kita berantakan karena nggak bisa me-manage waktu dengan baik. Apalagi biasanya jadwal sesi kuliah beda-beda.

Demikianlah beberapa point yang baru bisa gue sharing seputar dunia kuliah. Intinya, belajar teguh dengan pendirian, jangan mudah ikutan temen untuk main padahal seharusnya mau kerjain tugas. Inget, kumpul tugas nggak bisa ditunda, tapi jam main bisa ditunda. Gak usah pikirin temen yang bilang "ah lo gak asik, jarang ngumpul", dll. Cuek aja. Emangnya, kalo kuliah kita jadi keteteran mereka bakal tanggung jawab? Nggak akan, yang ada malah kabur dan cuek.
Satu kata "FOKUS!"

Gue berharap postingan ini bisa dikembangin lagi ya menjadi beberapa point kalau ada yang mau kembangin. Silakan menambahkan. Berhubung gue sembari kumpulin mood buat kerjain tugas, maka gue iseng tulis ini. Hehe. Jadi seadanya aja deh nih.

Sekian

Narwastu Christ Maharani
Humas-IISIP Jakarta