Selasa, 30 Oktober 2012

Dia Padang, Dia Mendem, Oh Indahnya


Suatu ketika, salah satu rumah yang tepat berada di depan jalan lapangan RT 002/009 di sebuah komplek perumahan Kutabumi bertera tulisan "di jual" pada salah satu dinding kacanya. Entah benar atau tidak, mungkin gue hanya melebih-lebihkan keadaan yang sebenarnya. Ya betul, karena seinget gue juga nggak sampe ada tulisan begitu kok.


Tibalah pada suatu moment yang tidak disangka-sangka. Sejauh ingatan gue, sosok Rani yang masih sangat belia sedang berjalan keluar rumah sambil terdengar bunyi "tik tak tik tuk" yang nyatanya berasal dari jeritan sepatu pantofel milik nyokap gue yang dengan semena-mena gua "tak tik tuk" an di jalan gang yang bergerigi dan berbatu-batu kerikil tajam. Dengan kekuatan PD yang super duper sebagai anak kelas 2 atau 3 SD (lupa), gue berjalan dari rumah yang terletak di tengah gang menuju ke ujung gang yang berada tepat depan lapangan, hanya dengan mengenakan sehelai kaos dalem dan selembar celana strit merah yang gua yakinkan telah tiada itu.

Pertama-tama, gue ngelewatin rumah yang baru dijual itu, nampaknya rumah itu sudah memiliki penghuni baru. Dan gue liat di terasnya ada 2 sosok wanita cilik yang dari segi wajah memang nampak mirip. Kakak beradik, ya betul mereka adalah 2 bersaudara yang merupakan anak dari si pemilik baru rumah tersebut. Dengan tampang sok cool dan sok berkuasa karena merasa sudah lebih dahulu berada di gang tersebut, gua berjalan seenak dengkul ke mana pun kaki ini melangkah. Awalnya gua nggak melihat ke arah mereka, lebih tepatnya mungkin bukan "nggak" mau, tapi "pura-pura" nggak mau menengok ke arah rumah baru mereka. Saat gue balik, terang saja 2 orang tersebut nampak ilfeel melihat tampilan pakaian gue yang sebegitu menakjubkannya itu, dengan berbekal badan yang sedikit sekel, nampaknya celana dalam yang ketika itu dikenakan juga menunjukkan aksinya tanpa sepengetahuan gue. Saat itu gue lagi sama adek cewek gue yang bedanya cuma 3 tahun sama gue. Yang lebih parahnya dia lebih vulgar cuma pake kaos dalem dan celana dalemnya aja. Pas kita mau balik, gue berbalik dari arah kanan dan otomatis mata gue langsung tertuju ke arah rumah "baru isi" yang letaknya di sebelah kanan kalo ambil jalan ke arah timur tersebut.
Dengan seolah-olah merasa diperhatikan, sangat terobsesilah gue untuk mengambil batu di jalan lalu menimpuknya dengan segala kekuatan super yang gue miliki. "dug" , kurang sampai pada sasaran timpukan gue jatuh hanya sebatas lantai di depannya *bener nggak ya? gue lupa*. Lalu langsung kabur ngibrit bersama adek kecil gue yang kayaknya ketinggalan cepet larinya dibanding gue.

Ok, itu adalah awal perkenalan kami. Yang tidak disambut dengan peristiwa menyenangkan, namun peristiwa itu kini menjadi sejarah bagi kami hingga sampailah pada kebulatan tekad kami agar sejarah tersebut dapat diceritakan turun-temurun untuk anak-cucu kami kelak. *gubraaaakk*


Sekarang, mereka udah nambah pasukkan lagi, jadi 3 bersaudara. Dan semuanya berjiwa wanita. Yang mau gue bagiin kisahnya adalah temen gue yang merupakan anak sulung dari 3 bersaudara itu. Beliau berdarah Padang-Sunda. Ya, seperti kita tahu bahwa perpaduan gen yang dialaminya kini menghasilkan mata yang mendem ke dalam, lebih tepatnya bisa dikatakan "sipit", dan dengan hidung yang sedikit mekar di bagian bawah. Tapi sama sekali tidak mengurangi aura kecantikannya yang konon beliau dapatkan setelah bersemedi di kamar mandi, beliau mendapat pencerahan kemudian berdampak sampai sekarang. Sampai-sampai, ada seorang yang tega hanya mem-PHP-kan beliau.


Sekarang, beliau sedang mengenyam pendidikan di SMK negeri di Tangerang, dengan jurusan Keperawatan. Kelas 3 SMK tepatnya. Ya, beliau adalah sosok anak sulung yang terlihat cukup berwibawa dan bertanggung jawab terhadap keslamatan perutnya sendiri.

Menjadi anak pertama dan mempunya 2 orang adik yang masih dalam masa pertumbuhan, membuat beliau ekstra bekerja keras menjaganya. Sekolah pulang sore, terkadang mebuat beliau kewalahan mengasuh adik bontotnya yang sudah terlanjur akrab dengan pergaulan di lapangan lingkungan rumah kami. Adik kecil nan imut itu masih kelas 2 SD. Imut banget deh, boong dosa kok :|

Dia suka curhat sama gue lho, begitu juga sebaliknhya. Suka cerita-cerita ya karena memang itu sudah menjadi tradisi kami berlima (di gang kami memiliki teman bermain dari kecil yang terdiri dari 5 personil abege esty, dinda, lia, ayu, rani). Bukannya memang seperti itu peran seorang sohib? Selalu ada disaat butuh ataupun nggak butuh *pret*.

Nah! Yang gue ceritain di sini adalah si udem alias Yulia Melizza atau lia.

Pernah suatu ketika, beliau berada pada situasi di mana beliau menjadi sosok yang seolah di PHPkan oleh seseorang, entah maksud tujuan seperti apa yang sebenarnya orang itu tujukan pada sahabat sekaligus sodara gue yang nggak berdosa ini. Gue hanya memberi masukkan-masukkan serta nasihat-nasihat dan dukungan moral juga psikis setau dan sejauh wawasan gue aja. Sampailah pada saat yang berbahagia, keluar kata-kata mengharukan dari bibir seksinya "gua tuh kalo ngomong sama lu nyambung. cocok aja gitu. jadi enak" .*dengan pengubahan yang diperlukan*

Aduh, seketika jadi senyam-senyum sok cool deh gue. Kenapa gue merasa seneng? Karena jarang sekali bisa mendengar kata-kata yang terkesan romantis seperti itu dari mulutnya. Sangat sulit mendengarnya dalam kehidupan sehari-hari.

Tapi sekarang, kita berlima pun sudah jarang ngumpul karena kesibukkan kami masing-masing.

Temen, sahabat, sohib, bff, bahkan sodara gue yang udah menjadi salah satu bagian penting dalam hidup gue meski terkadang masih suka lupa-lupa ama dia karena keegoan dan emosi kita masing-masing masih saling berlomba, nggak menjadi alesan kita buat selek-selek-an sampe berhari-hari. Karena udah paham sifat satu sama lain, kita udah tau gimana cara menanganinya. 

Dulu pernah, suatu ketika ada warnet baru buka di deket rumah gue.

Kita masih gencer-gencernya suka main di sana, berbekal dengan pengetahuan minim yang sok tau, kita main fesbuk. Ya, hanya fesbuk yang kita tau saat itu. Jadi ceritanya, kita main 2 jam itu patungan masing-masing Rp 2500,- karena kita pake 1 komputer. Karena waktunya maghrib, kita pulang dulu dan berniat melanjutkan sisa biling nanti setelah maghrib. Tibalah waktunya kami berdua kembali ke warnet, awalnya masih aman-aman aja, namun semakin lama kian terasa perbedaannya. Beliau terasa amat dingin, dan murung. Sampe waktunya habis, dia keluar dan balik duluan. Gue bingung setengah modar, pas gue balik ternyata udah ada temen-temen gue yang ngumpul untuk main kayak biasa karena waktu iu lagi liburan, tapi gue perhatiin kayak ada yang kurang. Dan bener aja, ternyata temen gue yang abis ngewarnet barengan sama gue nggak ada di situ. Gue tanya sama mereka-mereka, karena gue yakin beliau lewatin mereka. Benar sodara-sodara, jadi sebelum gue tiba di antara mereka, "si doi" udah langsung ngeloyor aja tuh ngelewatin mereka. Sampainya di rumah, beliau bilang ke adeknya yang merupakan temen maen gue juga yang seketika itu langsung gantian ngeloyor keluar untuk sampein ke gue yang nyatanya belum tiba di TKP. Pas itu sih dia bilang, kalo dia sebel sama gue gara-gara gue egois nggak kasih kesempatan dia main untuk browsing-browsing internet sendiri, secara sebelumnya gue udah make waktu biling 1 jam penuh. Jantung gue langsung serasa berdegup kenceng bo', langsung "deg" gitu. Aduh! langsung gue ngerasa salah tapi gue malu buat minta maap saat itu. Langsung deh gue mencari-cari kesalahan di diri gue. Dan bener aja, gue juga merasa diri gue terlalu, amat sangat egois dan sangat nggak bijaksana menggunakan waktu biling yang tersisa itu. Harusnya itu jatah beliau, tepi gue ambil alih dengan dalih "ingin mengecek fesbuk doang kok".

Malu banget gue, salah banget gue, tega banget gue, tapi bodohnya lagi gue menutupi kesalahan di depan temen-temen dengan mengatakan "nggak kok, lagian dia nggak mau bilang" atau apalah kata-kata lainnya untuk beralasan.*gue lupa*

Pas temen paling tua di antara kita bilang "hayulu lia marah, minta maap lu dek" gua cuma bisa diem tak berkutik menunggu jawaban rumput yang bergoyang.
Begitu setidaknya tentang kisah kita, akhirnya sekarang semua udah baik-baik aja.
Kejadian itu terjadi udah lama banget, bertahun-tahun yang lalu dan kita anggap itu sebagai sejarah lagi. Sejarah unik kita nggak akan ada habisnya.

Nama : YULIA MELIZZA

Nick  : UDEM
TTL   : LEBAK, 31 Okt 1995
Zodiac: Scorpio
Cita-cita : menjadi pacar "dia"
Hobi   : Kentut
Mafaf  : Cilok (kalo ga salah)
Mifaf   : Aer putih?
Genk : BangSat Community (Komunitas Bangau Satu).
Moto Hidup : Buanglah kentut sembarangan, karena mambuang angin itu sehat!
Seorang warga negara Indonesia yang bersuku kebangsaan Padang-Sunda.

Tepatnya sekarang dia lagi ultah nih. Ini diah wujud makhluk yang daritadi hanya sebatas teori gua jabarkan kisahnya. Cekidott..


@loteng rumahnya


   



  Happy Sweet 17th udeeeeeemmm!!!!
Selamat ulang tahun udem sayaaaaaaaaaaaaaaaanggg..!!!!! Panjang umur, sehat selalu, semakin pinter, semakin cantik, semakin teratur jadwal kentutnya, semakin giat belajar, semakin berbakti sama ortu, semakin rajin mandi susu, semakin giat dengerin cerita-cerita ter-uptodate gue, semakin dan semakin segala-galanya. Sukses selalu sekolahnya, pergaulan dan pertemanannya, dan semua-muanya. Semakin patuh sama Allah ya, banggain pak malizar sama bu malizar tercinta.
Seperti gue bilang tadi, kisah unik kita nggak hanya berenti sampe di situ aja, masih banyak kisah-kisah yang bakal kita ukir nantinya. Terus jadi temen baek, sahabat, sohib, sodara yang menampilkan apa adanya diri lo ya. Sebagai anak cewek, sebenernya banyak hal yang nggak boleh lo lakuin seenak dengkul. Tapi inilah diri lo, dengan ke-apa adaan lo yang menjadikan lo selalu membekas di hati tiap temen-temen lo nggak hanya di kita berempat pastinya, gue yakin. Diharapin dengan mendemnya mata lo itu, membuat lo juga semakin jauh tertanam mendem dalam hati kita-kita nih. Moga kita akan terus bersama yaa, kita berlima pastinya..

Yaudah, pesen gue, apalagi sweet seventeenth nih yaaaa, terus berjuang buat masa depan lu. Jangan loyo, kalo ngegebet orang itu yang pasti-pasti aja. Hahahaha.

Akan ada saatnya lo dapet yang terbaik dem. Jangan kontaminasi "kemulusan" hidup lo selama ini dengan kelakuan orang yang nggak punya hati. CEMUNGUTH EAACH!! :* =D
Sukses terus udem!
Ditunggu traktirannya, dan cerita-cerita ter-uptodate nya!!


WE ALWAYS LOVE YOUUUUUU, DEEAARR :* :* :* :* :* muach muaccchh muaaaccchh !!
SELAMAT ULANG TAHUN KAMI UCAPKAN, SELAMAT PANJANG UMUR KITA KAN DOAKAN, SELAMAT SEJAHTERA, SEHAT SENTOSA, SELAMAT PANJANG UMUR DAN BAHAGIA!! 

Ayo, Tes Mata dan Otak Lewat Permainan Ini





Ayo, Tes Mata dan Otak Anda Lewat Permainan Ini

Ada satu permainan menarik dengan melihat gambar di bawah ini. Sesekali kita lakukan tes untuk meneliti seberapa teliti mata mencari dan melatih respon otak.
 
Aturan mainnya sebagai berikut:
1. Sebaiknya lakukan hal ini bersama keluarga, teman-teman atau pasangan.
2. Ambil stopwatch untuk menghitung waktu
3. Tentukan caranya: "Cari angka 8 dari deretan angka pada gambar" 
4. Siap? Langsung cari...
5. Nah, kalau Anda  bisa mendapatkan angka 8 di bawah 15 detik berarti mata kamu masih jeli dan cerdas. Kalau antara 30 hingga 40 detik, artinya standar. Tapi kalau lebih dari 1 menit, wah harus periksa ke dokter mata, deh.
Selamat bermain :-)

Selasa, 23 Oktober 2012

Masihkah Hidup Terasa Nyaman?

Rasa nestapa tak kunjung usai apabila kita terus memandang dunia hanya dengan mata manusia kita.Perasaan bangga atas pencapaian, seringkali membawa kita pada situasi keterlenaan terhadap hal yang sebenarnya dapat membinasakan kita. Tak mampu mengusaikan pekerjaan yang seharusnya dilaksanakan dengan disiplin, namun malah semena-mena memperbudak alam untuk menjadi seperti yang kita minta. Memang, dunia ini penuh dengan kedurjanaan yang tidak lumayan baik untuk menjadi sahabat bagi kehidupan kita. Apapun yang baik, nyatanya tak selamanya dipandang baik. Seringkali beberapa mata keliru dalam memandang, hati bersalah dalam menilai, sehingga akhirnya tangan tak mampu mencapai hal-hal yang sesungguhnya dapat kita capai.

Perasaan yang rumit, penuh dengan kerikil-kerikil tajam yang menjadi santapan sehari-hari dalam hidup yang kejam ini. Ya, beberapa orang mungkin akan berpikir kapan kisah pilu ini akan berakhir. Berbagai argumentasi saling membaur dan seolah bermaraton ingin mencapai garis finish yang setipa orang pasti ingin menjajalnya. Namun kenyataannya? Omongan hanyalah sekadar omongan.


Sesungguhnya, tak perlu repot-repot untuk mencapai klimaks yang tepat. Hanya dibutuhkan kesadaran serta pengintrospeksian pribadi lepas pribadi. Hanya saja, kelemahan budaya kehidupan kita saat ini adalah hanya mampu berbicara tanpa kuat untuk bertindak. Mulailah berpikir yang berorientasi ke depan, pupuk dedikasi juga etos kerja yang berkualitas untuk menjaga kehidupan kita yang hanya tinggal sebentar lagi ini.

Ketika Bumi Berputar

Pernah nggak lo ngerasa seneng? girang? bangga? campur aduk jadi satu apa pun rasa-rasa yang berunsur bahagia. Ok retoris, gue percaya kita semua pernah ngalaminnya. Nggak terkecuali orang yang teranggap sampah sekali pun oleh dunia, pasti ada kalanya dia, mereka merasakan bahagia dalam waktu yang udah Tuhan tentuin.

Gak banyak basa-basi, akhir-akhir ini gue selalu merasakan sesuatu hal yang nggak kalah bikin seneng, kegirangan, ge'er, bahagia, bikin senyum-senyum sendiri, bahkan loncat-loncat nggak jelas layaknya pemain sirkus yang tengah beraksi. Sebenernya banyak hal yang pastinya menjadi faktor bahkan pokok sumber kebahagiaan yang gue rasain. Bersyukur banget! 
Yang pengen gue share di sini, bukan kisah yang gue maksud di atas sih, tapi tema nggak lari jauh dari hal-hal di atas kok.

Pertama, gue semakin menemukan alasan Tuhan kenapa Dia masukkin gue di sekolah yang nggak terpikirkan gue bakalan menimba ilmu di sana. Gue berasal dari sebuah SMP negeri yang letaknya ada di kabupaten tangerang. Gue SD di sekolah swasta katholik, tiba-tiba waktu SMP gue nyebrang ke SMP negeri. Bener-bener kaget awalnya, karena belum terbiasa bergaul, bermain, bahkan berteman sampe akrab sama orang-orang berbeda iman kecuali temen-temen rumah gue. Di SMP itu gue menjadi sosok minoritas yang benar-benar memperjuangkan harkat dan martabat gue sebagai orang percaya. 
Memang gue mengalami berbagai ujian-ujian yang rasanya udah berat banget kalo dihadapin dalam keadaan gue masih SMP dan itulah yang membawa gue saat ini untuk semakin bisa dan terbiasa bergaul tanpa memandang hal-hal yang berbau-bau seperti itu. Di dalem keluarga gue juga selalu diajarkan untuk nggak membeda-bedakan kok. 

Bertumbuh dalam situasi sekolah sebagai minoritas, membuat gue semakin merasa kalo gue wajib bersyukur karena dipilih Tuhan sebagai anak-Nya. Puji Tuhan di sana gue jadi terkenal akan nasehat-nasehat jitu kalo ada temen yang curhat. Gue merasa, gue dapet berkat dari Tuhan melalui relasi gue sama Tuhan, gue juga mesti nebar berkat yang udah Tuhan kasih itu, supaya jangan berenti di gue aja tuh berkat.

Bergaul dalam lingkungan negeri, membuat gue bertekad masuk SMA negeri juga. Berbagai cara gue lakuin buat bisa mencapai harapan gue itu.
Sewaktu UN, saat penentuan sebetulnya. Semua berlomba-lomba buat dapet yang terbaik, berbagai cara dihalalkan. Puji Tuhan gue selalu dapet wejangan dan wanti-wanti dari keluarga untuk nggak pake cheat,kunci jawaban, atau apa lagi deh dengan kata-kata pengistilahannya.
Sampailah kepada saat yang berbahagia, dengan selamat sentausa mengantarkan gue pada pintu kelulusan dengan nilai yang cukup baik. Mendapat rata-rata 8 koma sangat puji Tuhan banget! 
Tapi, di sinilah awal pergumulan gue sebenernya nampak.

Pertama, dengan nilai yang segitu gue harus mendapatkan sekolah negeri di tangerang, gue udah mondar-mandir ke kantor kabupaten tangerang dengan ditemani sosok yang setia sama gue yaitu bokap yang sampe bela-belain cuti hamil, eh cuti buat anter gue ke tigaraksa ngurus surat pindah rayon sekolah.
Dengan perasaan optimis, gue memberanikan diri untuk terus berharap sama Tuhan.
Tapi, beginilah nasib anak kabupaten, selalu kerasa dianak tirikan sama pemerintah kota.
Obsesi gue masuk negeri di kota, karena angkatan tahun lalu nya yang dari kabupaten pun bisa nembus ke kota.
Kenyataannya, sistem itu nggak dipake lagi saat angkatan gue tengah berjuang mendapat nilai lulus itu. 
Kecewa awalnya.

Tapi semakin ke sini, gue semakin sadar Tuhan nempatin gue di SMAK swasta yang nggak terpikirkan gue sebelumnya, dengan segudang tujuan dan berjuta-juta bahkan bertriliun-triliun maksud terbaik yang akan Dia tunjukkan kalo gue mau menerima hikmat yang Dia kasih. Saat ini, gue bergabung dalam komunitas pemuridan yang berawal dari kegiatan seminar di sekolah gue, dan akhirnya gue ikut kegiatan luar sekolah yang diadain sama lembaga yang menyeminari waktu itu. Belum terlalu aktif banget sih, tapi sekarang gue mengerti maksud Tuhan. 
Saat dulu, gue berharap bisa masuk negeri, berbagai rayuan dan alesan gue tancap gas kan dalam tiap doa-doa gue pagi, siang, malem, subuh, hingga balik lagi ke pagi, dst sama Tuhan. 
Gue beralesan sama Tuhan, karena gue udah merasakan gimana berada dalam lingkungan sebagai minoritas, gue berjanji mau dipake sama dia lagi di sana. Mau menjadi dampak buat temen-temen di sana. Tapi secara nggak sadar sebenernya gue menjadi bangga akan diri sendiri dan jatohnya malah jadi bermegah hati akan ke"beda"an gue dari temen-temen gue itu.

Ya, saat itu gue mengimani ketika keadaan tidak seperti yang kita pengen, percaya kalo Tuhan udah sediakan yang terbaik dari yang paling baik. Berbagai penguatan dari bokap, nyokap, kakak-kakak, adek, temen-temen tepat sampai sasaran di hati gue. 
Sekarang gue ada, sebagai sosok yang udah nggak menjadi minoritas lagi. Tantangan semakin besar, bagaimana gue bisa menjadi berdampak buat orang yang udah percaya. 
Ah iya bener, kalo aja waktu itu gue pake contekan, terus bisa dapet nilai gede, terus masuk di sekolah negeri kota, pasti akan dengan mudahnya gue terihat berbeda gak hanya dari tampilan luar tapi juga tampilan dalem. Mau perjuangin harapan, tapi pake cara curang, gak membanggakan banget.
Justru saat ini, gue berada dalam lingkungan yang udah sepadan sama gue, bukan berarti gue nggak bisa jadi terang juga di sana, justru Tuhan mau gue berjuang dan berusaha demi Dia supaya bisa kasih dampak baik buat sekitar. Banyak orang berlomba-lomba buat dapetin berkat dari Tuhan, tapi ketika dikasih dia takut kehabisan berkat yang dari Tuhan itu. Padahal dengan kita memberi/menyalurkan berkat itu ke orang sekitar, Tuhan bakal menambahkan lagi dan lagi kan?

Pokoknya gue merasa, sekarang ini doa-doa gue udah banyak terjawab sama Tuhan. Apa yang nggak terpikirkan dan gue anggap nggak mungkin terjadi, sekarang buktinya udah terjadi. Gue dapet temen-temen baru yang solid-solid dan asoi-asoi, semakin bikin gue betah. Gue bisa dapet temen kesayangan yang bisa bikin gue teduh, juga pada masa-masa tahun pembaharuan hidup gue saat ini. Makasih ya! ^^

Dan saat ini gue merasakan kalo hidup bener-bener kerasa muter layaknya bumi. Ada kalanya di atas, dan ada kalanya di bawah. Puji Tuhan, sebagai orang-orang pilihan-Nya pasti yang terbaik yang Tuhan kasih ke kita.

Jangan kecewain Tuhan dan jangan putus asa saat harapan lo nggak terwujudkan, kasih Tuhan selalu melimpah ke atas kita. Jangan sampe kita melakukan yang baik hanya karena pengen dapetin timbal balik yang baik juga. Ngerayu Tuhan dong? Ada maunya. Tuhan nggak mau yang seperti itu. Dia pengen kita melakukan dengan setulus hati. Bukan berarti kisah gue gak mau pake contekan saat UN itu hanya untuk rayuan supaya dipandang baik sama Tuhan dan akhirnya gue dapetin yang gue pengen. Yang gue pengen, mungkin bukan yang terbaik buat gue, dan buktinya sekarang Tuhan menempatkan dan memberadakan gue pada tempat yang semakin menumbuhkan iman gue. Amin!

Dia menyediakan yang terbaik dari yang paling baik
Keep growing and be excellent, guys!

Jumat, 12 Oktober 2012

Kredit Kepribadian

Ok saudara-saudara. Post gue kali ini didasari oleh kesadaran gue mengenai perubahan sifat atau sikap gue yang terjadi akhir-akhir ini.
Entah karena mulai stres akibat tugas sekolah yang terasa tak kunjung usai meski telah usang, atau faktor perubahan dari masa-masa labil tahap 1 menjadi labil tahap 4. Kenapa bisa langsung 4? Karena gue merasa kalau masa labil gue yang nyata berawal sewaktu kelas 1 SMP, tahap 2 kelas 2 SMP, hingga seterusnya.
Gak terasa, 3 tahun melewati masa-masa itu dengan suka dukanya menjadi anak lebay di pinggir jalan. *aduh*

Hm, saat ini gue baru kelas 1 SMA, dan gue merasakan adanya perbedaan kepribadian gue semenjak kelas 2 SMP karena satu dan lain hal.
Awalnya gue adalah seorang yang periang, sangat banyak bicara tak mau berhenti ngoceh karena gak mau tersaingi sama 'esia ngoceh' saat jaman itu, terkenal dengan ceriwisnya, karena dari kecil pun kata nyokap-bokap gue, gue udah menunjukkan kalau gue adalah sosok yang cerewet. Didukung dengan adegan bersenandung-senandung lagu gak jelas kosa katanya setiap gue bangun dari tidur. Setiap apa yang ada di sekitar gue, gue jadiin nyanyian. Pernah suatu ketika, bokap gue verita kalau waktu itu sempat saat bokap sama gue pergi ke pantai karang bolong bersama dengan tetangga gue naik mobilnya yang kebetulan sbeda 1 tahun di atas gue, saat di jalan gue menyanyikan lagu-lagu yang memang gak jelas. Pohon gue jadikan lagu, dan sebagainya.
Balik ke topik!
Di SMP, gue terkenal dengan sosok yang cerewet, galak, lumayan agak ditakuti karena kecerewetannya, dan saat gue kelas 3 gue menjadi sosok yang amat sangat mencintai hal-hal berbau puitis. 
Gue dikenal sebagai pakar kata-kata nasehat bijak, namun tidak suka membajak.

Karena suatu masalah yang telah membuka mata hati dan pandangan gue terhadap dunia, gue menjadi sosok yang malas berbicara. Ya sodara-sodara, malas bicara.
Padahal gue adalah sosok yang berasal dari spesies burung beo berdarah jawa.
Yang bikin gue menjadi lebih senang menyimpan opini gue dalam hati adalah, karena gak mau menambah masalah apabila gue mengungkapkannya. Gue tipycal orang yang lebih senang menyimpan sendiri, kalo memang udah gak kuat ya baru dilepas. Dan bener-bener melepas dengan cara cerita panjang lebar ke sahabat gue (Falihatul Ibriza Purnidya Anugrah-sahabat dari SMP).

Entah mungkin karena dorongan dari orang tua dan keluarga ketika badai itu menghampiri gua, lebih baik diam daripada banyak berkata nanti malah dianggap sesumbar mencari belaan. Ya, keluarga gue typical keluarga yang ga demen pamer. Apalagi pamer gigi atau bulu hidung. 
Dan sekarang tumbuhlah gue menjadi sosok rani yang baru. 
Mungkin untuk orang-orang yang udah mengenal gue lama gak akan sadar akan gue yang sekarang, karena memang masih suka banyak berbicara nmaun hanya momen-momen tertentu aja.
Ga setiap waktu kayak dulu. Oh iya, gue juga dikenal dengan type orang yang supel. Namun, untuk gue yang sekarang nampaknya adalah rani yang lebih suka sendiri meski acapkali kalian bisa menemukan gue lagi ngumpul-ngumpul sama 3 temen gue (Arna, Leo, Jecksen).

Gue yang sekarang adalah seorang 'gue' yang tidak suka banyak berbicara kalau memang hal itu tidak penting, yang selalu memandang ke masa-masa yang akan datang-selalu membayangkan akan jadi apa gue kelak. Entah mungkin perubahan gue ini juga dipicu dengan pernah hadirnya 'seorang' dalam masa remaja gue belum lama pada waktu yang lalu-lalu. Dia adalah sosok yang cuek, an jadilah gue terpengaruh menjadi sosok yang cuek juga. Meski masih dalam standart normal. 

Oke mungkin pengenalan terhadap pribadi gue cukup di sini dulu.
Karena gue pun masih dalam tahap pendalaman tentang apa yang benar-benar terjadi dalam diri gue saat ini. 
Akibatnya, gue semakin gak mengerti ke arah mana tulisan ini berbicara. Baiklah saudara-saudara, post saya pada waktu ini resmi ditutup. *tok tok tok* (ketok palu).

Kamis, 11 Oktober 2012

Beberapa Hari Lagi

Udah 4 hari terhitung sampai hari ini, gue menjalani UTS di mana suatu moment peperangan otak yang sengit bagi para siswa/i  di sekolah gue.
Ya, gak memandang temen berbagai cara untuk mendapatkan nilai terbaik pun dilakukan.
Entah halal atau tidak, sampai ada yang berebut untuk jaga lilin *eh aduh maaf salah
Maksudnya berebut jawaban contekan. Memang perilaku sangat tidak terpuji saudara-saudara, namun terbukti telah teruji kebenarannya. *astaga*
Hari senin tanggal 8 Oktober lalu tepatnya merupakan hari pertama gue masuk medan perang sengit itu.
*iya tau, lebay banget emang -_-*
Pelajaran bahasa indonesia, okelah bisa, dilanjutkan dengan pelajaran-pelajaran selanjutnya yang ada di hari-hari berikutnya sudah nampak sedikit-sedikit kerontokan rambut dan ngelotoknya kulit kepala *ketombe dong?* yang tiada henti.
Kewirausahaan? Adoh, itu soal mantep banget! Sebutkan & jelaskan, demikian model soal tersebut berulang-ulang pada setiap nomornya.
Tidak terasa 1 setengah jam berlalu, waktunya dikumpul. Dan apesnya, gue belom kelar ngerjain sodara-sodara -_- *matilah awak*
Baru 11 nomor dari 15 soal yang berhasil terpecahkan itu juga disertai dengan rumus jitu "ngasal bin ngawur" ala rani.
Sedih sih, tapi yasudahlah.
Berhubung dapet kabar kalau guru kewirausahaan (KWH) baru aja married waktu hari sabtunya gue maklum aja mungkin beliau khilaf.

2 hari lagi nih, selesai juga UTS nya.
Waktu awal-awal masuk sekolah memang masih belum terasa meski sudah dibiasakan membawa beban tugas pr setiap pulang sekolah.
Baru ngerasain suka-dukanya jadi anak SMA.
Gue sekolah di sebuah persekolahan swasta Khatolik yang gak begitu jauh dari rumah.
SMA Maria Mediatrix tepatnya.

Sewaktu gue SMP, pengen banget rasanya cepet-cepet menjajaki masa SMA di mana kalo kata sinetron di tipi adalah masa yang paling menyenangkan dan paling banyak dibuat ilustrasi masa-masa cinta bersemi.
Tapi keoptimisan gue pengen cepet-cepet SMA bukan karna hal semacam itu kok.
Gue suka bingung kalo ada temen gue yang masih sempet main/nongkrong sama temen-temennya di tengah kesibukkan dan menumpuknya pr yang gak karuan itu.
*Sekali lagi, entah karena ke-khilafan guru-guru atau memang sudah kodratnya sebagai anak SMA*
Ya, satu hal, gue bangga menjadi anak SMA. Denag kesibukkan yang gue punya ya berarti gak ada lagi tuh alesan untuk ngelakuin hal ga penting yang biasanya dulu gue lakuin.
Pikiran-pikiran labil yang pas SMP selalu menghantui, sekarang sudah mulai sirna seiring sibuknya jadwal.
Sewaktu SMP gue alay abis! Gak nahan deh!
Untung aja udah lewat. Gak gak mau lagi lagi deh beralay-alayan ria. Tar ditangkep trantib brabe -_-

Oke, seharian ini gue di depan lepi mulu. Belom belajar.
Jangan sampe kisah tadi pagi terulang untuk kedua kalinya.
Kemarin gue bener-bener gak belajar geo, kimia cuma sekadar baca-baca tanpa memahami dengan pasti dan jitu, agama juga gak baca sama sekali
Tibalah waktunya, ulangan kimia
Maknyoss!! No 1 ok bisa, no 2 juga bisa, no 3, bisa, bisa baca doang, no 4 dst bisa gilaa.
Yaudah dengan sekuat mental, hati, dan jiwa gue isi sesuka hati kecil tak berdosa ini berbicara.
Dengan mengandalkan rumus-rumus yang gue tau ala kadarnya, gue isi. Lumayanlah kalo esay pasti akan dapet upah nilai nulis toh.
Mungkin karena baru awal, jadi belum begitu deket banget sama kimia.
Sewaktu masih PDKT dulu, itu si kimia udah bikin gue linglung sih.
Emang ada kalanya gue bisa ngertiin dia, tapi keseringan dia yang gak ngertiin gue.
Gue udah garuk kepala, dia gak ngerti gerak-gerik gue juga? Mesti belajar bahasa verbal emang.
Ya ampun.

Pas awal tiap mau kerjain soal, gak lupa berdoa terus kok.
Tiap selesai mau kumpul, gak lupa gua luangin waktu buat doa meski sebentar.
Yaa, gue hanya bisa mengerjakan, untuk hasil akhir titu kan jadi haknya Tuhan.
Apa pun hasilnya nanti, yaa Tuhan memiliki rencana yang baik.
Kalaupun harus remed, toh masih bisa memperbaiki nilai. Emang gak boleh ngegampangin sih.
Sewaktu di kelas, gue motivasi diri sendiri "kalau memang harus ada yang diremed, toh remed sebangai awal sebuah kesuksesan di masa nantilah". AMIN!
Begitulah bunyinya.

Oke deh, gue siapin buku dulu + belajar ya.
Byebye ^^