Selasa, 18 Desember 2012

Berlalu-lalang

Seberapa sering elo menjadikan diri lo bukan sebagai diri lo sendiri? Seberapa mudah mengubah persepsi lo terhadap suatu barang yang tadinya lo liat bagus kemudian setelah jatoh dan menjadi hancur?
Tapi kemungkinan, hal semacam itu nggak semudah mengubah laksana hati yang nyatanya masih suka keras untuk terus mempertahankan suatu hal yang sebetulnya udah di ambang pintu. Ada angin lewat pun, kemungkinan untuk keikut terbang sangatlah besar.

Sering perkataan yang terlontar darinya, gak membuat sosok pejuang dan pesetia gontai lalu mundur. Menyerah? Bukan gaya nya sekali. Sosok itu ialah Oliv. Yang menjadi siswi SMA sebuah sekolah di daerahnya. Dengan berbekal hati yang masih cukup dibilang belia, ia bersiap-siap maju dan mencoba mempelajari apa yang sedang dihadapinya. Dia kepincut dengan seorang sosok laki-laki tampan, manis, dan "wow". Laki-laki itu nyatanya terpaut 7 bulan di atasnya. Anggap saja selang 1 tahun kemudian setelah laki-laki itu lahir, baru Oliv lahir. Berbeda sekolah, itu yang terkadang menjadi batasan bagi mereka berdua untuk bisa saling bertemu. Hanya ketika dalam forum komunitas yang kebetulan telah berhasil mempertemukan mereka saja lah yang kadang menjadi tempat "lepas rindu" yang buktinya lebih banyak menjadi saksi kebisuan mereka berdua ketika saling bertatap wajah.

Tak banyak basa-basi, sosok laki-laki pendiam nan cool itu bisa dibilang tak terlalu menyukai hal yang berbau "berlebihan" yang nyatanya sering ia temui dalam sosok Oliv. Si perempuan labil yang baru saja menjajaki masa-masa putih abu-abu nya itu. Namun, tak menjadi alasan untuk si laki-laki melepas rasa yang telah mempersatukan mereka saat ini. Berbagai ketidak cocok-an kini saling berpadu menjadi satu. Justru saling mengayomi satu sama lain, meng-cover-i tiap kekurangan yang ada. Tak menjadi alasan mereka untuk saling abai-mengabai, lupa-melupa, dan sebagainya.

Hal yang sepele pun, terkadang bisa terlihat rumit ketika pikiran mereka telah buyar. Sekalipun terasa sangat sulit, namun tak menjadi alasan serta benteng pemisah bagi mereka berdua untuk tetap berkarya di dalam jurnal hidupnya. "Rasa kesayangan" yang bukan terlanjur atau kebetulan ada pada mereka, sangatlah menjadi    kunci sukses nya mereka menjajaki masa-masa sulit itu. Dengan berjuta perjuangan tak mau terjajah kelabilan sosok cinta yang hadir di antara mereka, bersikap dewasa dan mempelajari satu sama lain, serta cara-cara lain yang lebih mantap dilakukannya lah.

Banyak perjuangan yang tak banyak orang ketahui, yang nyatanya selalu menjadi pondasi keutuhan dan kesatuan hati di antara mereka. Tak banyak mengumbar, itulah perjalanan mereka. Menjadi satu padu, ya itu lah mereka. Tiap orang yang mendengar kisahnya, melihat aksinya, selalu dibuatnya iri. Betapa beruntung Oliv. Betapa beruntung sosok laki-laki itu.

Dengan kisah yang selalu berlalu lalang di hadapan mereka tentang mereka, semakin menjadi kan mereka tangguh. Tuhan selalu menyertai dan memberkati relasi kalian berdua.

*Karangan ini telah sangat ngalor ngidur, tak jelas arahnya. Sangat dikhawatirkan tersesat dan tak tahu arah jalan pulang. Lebih bahaya nya apabila telah sampai pada titik puncak darah penghabisan dan ber-evolusi menjadi butiran debu. Selamanya. Menyedihkan.


Selasa, 18 Desember 202 - 11. 40 pm
Di ruang tivi kebanggaan.

Minggu, 09 Desember 2012

Si Manis yang Kusayang

Gak banyak pengalaman dramatisan yang pernah gue alami bersama dirinya. Namun banyak kisah yang teramat sangat hiperbola yang selalu kami lalui. Entah itu hanya penilaian gue atau otak gue yang kurang pengalaman buat nginget moment saat gue dan si dia sedang beraksi layaknya artis hollywood bahkan bollywood. 

Entah kenapa, ingetan gue tiba-tiba pulih! Inget pas lagi main di rumah gue, kita joget-joget india-an pake properti kain yang digantungin ke belakang leher. Itu akibat keseringan nonton vcd india nya Si Dia. Kita jadi makin atraktif di mana-mana. 


Berawal dari kisah masa muda, belom bisa masuk kategori muda malah. Bener-bener seumur jagung. Awalnya gue dan mbak Dinda (tetangga sebelah gue beda setahun sama gue) kenal sama dia dalam episode yang tidak disengaja. Karena nyokap gue baru aja ngelahirin adek bontot yang nyatanya selama ini selalu setia menjadi partner juga lawan gue untuk beradu dalam ajang smackdown yang dulu selalu rutin kami jalankan di kamar nyokap gue. 
Yap, udah pada tau kan pastinya. Kalo ada bayi lahir, tetangga pasti pada datengin buat jenguk. Saat itu, gue yang akrab duluan ama si Dindul lagi asyik berduaan di teras rumah gue disertai dengan gaya kepolosan seorang anak belom sekolah dengan bermodal pembicaraan yang gak tau ke mana arahnya. Sedangkan nyokap mbak Dindul, nyokap Si Dia, serta ibu2 yang lain sedang asyik meninjau adek gue yang baru beberapa hari ato bulan (gue lupa) sedang merem melek seadanya di atas tempat tidur kamar nyokap gue. Satu hal yang gak perlu kalian tau, dia telah merenggut lokasi ranjau gue. Di mana, itu tempat adalah yang menjadi saksi bisu ketika gue bermimpi kemudian terjadilah hujan deras disertai dengan aroma menggelitik hidung. Tempat bobok anak bayi kan begitu. Agak memakan tempat. 

Gue sih gak sadar kapan kita kenalannya, gak inget juga. Cuman, kalo denger gossip, cerita legenda serta kabar burung yang berhasil diturun-temurunkan dari para orang tua kami, kita mulai kenal pas dia ikut mama nya buat jenguk adek gue itu. Entah dengan memakai jurus apa, selayaknya anak-anak kecil lainnya, dengan rasa penuh kesoktau-an dan kesok bertemanan kami main bersama ketika itu. Namun, pertemanan kami nampaknya hanya akrab saat itu saja. Tidak berlaku untuk kemudian harinya. 
Padahal, rumah mbak Dinda sama Si Dia itu sebelahan. (Rumah mbak Dinda tepat berada di antara rumah kami. Rumah gue sebelah kiri, rumah Si Dia sebelah kanan). Tapi gue terlanjur akrab duluannya sama mbak Dinda. Mungkin karena di antara perbatasan rumah kami ada pintu tembus. Sehingga semakin memudahkan kami buat bisa main bareng tanpa harus keluar lagi melalui pintu pager rumah.

Pas masih zaman kecil (gue udah TK kalo gak salah), dulu ada temen yang kami tuakan/kami anggap sebagai ketua karena memang dia usianya lebih tua dari kami. Tapi dia udah pindah. Hiks. Ke Jakarta, yang sampe sekarang gue belom ngeliat muka nya lagi sebelum sempat terakhir kali dia ke Tangerang untuk memberi undangan pernikahan kakaknya. Tapi, karena memang masih jiwa anak kecil yang mudah terprovokator dan terkontaminasi, terjadilah musuh-musuhan diantara kubu yang satu dengan kubu yang lainnya yang berlaku hanya bagi anak di gang kami. Sebenarnya ada banyak anak sebaya di gang kami. Namun yang lebih sering berkumpul dan bersosialisasi yaitu kami berempat. Shinta, Esty, Dinda, dan gue. Di antara mereka, gue yang paling muda sendiri. Namun tampaknya, kenyataan berkata lain. Semenjak tiap tahun gue ulang tahun, body gue tergolong lebih bongsor di antara mereka. Bongsor dari mana? Yah, mungkin mata dan otak mereka lelah.

Di rumahnya mbak Shinta, dulu ada sedikit lahan yang sebelumnya buat tempat kandang ayam. Tapi udah berubah fungsi menjadi tempat bermain kami. Main rumah-rumahan, pake payung-payungan. Berhubung rumah mbak Shinta tepat bersebrangan dengan rumah gue, gue seringkali gak keberatan buat mencibet payung yang telah bersertifikat atas nama nyokap gue itu buat maenan rumah-rumahan. Asik banget deh! Di depan rumahnya juga ada pohon belimbing, dan mbak Shinta suka manjat pohon itu buat ambil belimbing dan dicocol pake kecap. Gue yang merasa layak untuk berada di tangkringan batang pohon seperti mbak Shinta, mencoba mengumpulkan tenaga serta niat buat ikutan manjat. Tapi apa daya, gue gak berbakat manjat pohon. Apalagi bergelayut atau menari-nari di atasnya. Mungkin, Tuhan tau bahwa jodoh gue bukanlah superman yang ahlinya manjat-manjatan. Ckckckck

Dalam kisah itu, kami suka musuh-musuhan yang sangat tidak jelas asal usul penyebabnya. Tiba-tiba dengan mudahnya gue dibisiki mbak Shinta untuk memusuhi Si Dia yang tidak bersalah. Kami diem-dieman. Ganti-gantian deh. Kubu itu terbagi menjadi 2. Dalam tiap musimnya selalu berganti. Seperti Shinta-Rani vs Esty-Dinda, Shinta-Dinda-Rani vs Esty, Shinta-Dinda vs Rani vs Esty. Ya, gue memang sangat gak bijaksana. Gue takut banget yang namanya dimusuhin ama orang lebih tua dari gue. Padahal ada rasa iba juga ngeliat Si Dia diposisiin kayak begitu terus, tapi gue gak bisa ngelak. Secara, dulu gue melihat sikap kepemimpinan yang paling berhasil memprovokasi gue adalah mbak Shinta. Si Dia? Gak banyak ngelawan ato protes, dsb. Entah karena faktor apa. 

Dulu dia adalah personil yang gue rasa paling tertindas. *Hiks. Maap ya mbak, Dulu gue masih polos, jadi gak tau apa-apa. Hoamm*
Sampe akhirnya, mbak Shinta pindah dan di situlah pintu kesuksesan kami yang cerah terbuka, hati yang suci kembali merekah dan bersinar. Gak ada lagi permusuhan, perang dingin, dan sebagainya yang gak selayaknya ditiru di rumah kalian. Kami mulai akrab lagi, lagi dan lagi *mengenang perkenalan pertama kami*, dengan ditambah 2 personil penghuni gang kami yang selalu setia menjadi saksi bisu kepolosan, kejaiman, sampe kekriminalan kami. Sekarang kami berlima, Si Dia udah lebih dahulu menjajaki bangku kuliah. Emang terlihat gak setia kawan. Karena personil lainnya masih pada putih abu-abu. *Apalagi gue?Paling telat -_-
Tapi yang namanya usia, gak bisa ditahan buat tetep segitu-segitu aja sesuai yang kita inginkan. Sampe akhirnya, tanggal 5 Desember kemaren dia berhasil lewatin masa-masa sweet seventeennya dan sekarang lagi menjajaki masa sweet eight teennya. Jauh-jauh hari gue udah inget itu tanggal. Tapi gak tau kenapa, pas hari H nya yang gue inget hanyalah ujian, ujian, dan ujian. Karena gue lagi UAS saat itu. Sampe keesokkan harinya, gue mendapat bingkisan dari acara di rumahnya. Dan gue baru ngeh, kalo Si Dia abis ultah. Oh my God! *British banget ya gue :$
Nyokap gue tanya gue udah ucapin belom, dengan santainya gue bilang "oh iya belom. Tar lah, gampang." Sebenernya buat nutupin kepanikan hati gue sih. Bokap gue juga langsung nyuruh gue. Gue bilang "iya iya, sama mbak Esty mah nyantai aja. Udah selow-selowan kita mah." Tapi dalam hati gue paling dalem -> Ajib! Gila aja! Gue tega melupakan eh ups ralat! bukan melupakan, tapi kelupaan. Kalo melupakan kesannya disengaja. Gue kelupaan sama hari di mana pertama kali dia napas di dunia ini. Orang yang paling berjasa sampe bikin gue meler idung dan basah mata pas nonton film bollywood We Are Family yang gue copy dari laptopnya. Yang paling tua usianya dibanding personil lainnya. Yang paling gak pernah absen webcam-an. Yang paling jadi andelan kalo lagi pada curhat. Yang paling ngerti saat gue lagi kesel di rumah. Dengan tampang tak berdosanya dia cengar-cengiran ngeliat aksi gue yang suka langsung ngeloyor ngabur pas lagi darah tinggi. Berbagai-bagai suka duka udah kebal kita lewatin. Dari ambek-ambekan, sampe cara penanganan yang udah tau mesti gimana. *Semedi

Gue berniat buat telepon rumahnya buat ucapin, tapi ketahan melulu. Entah dengan alesan apa gue ampe gak jadi-jadi buat beraksi digagang telepon. Tiap kali mau sms, pasti langsung kerasa kayak ada batu ngeganjel di hati gue. Gak rela pulsa gue coy! HAHAHAHA *ketawa jahat!

Tapi akhirnya, sms gue sampe juga kan coy? Meski gak jadi telepon karena gue tau lu udah beranjak dari kotabumi tempat tinggal paling nyaman dan dingin sedunia ini.

Selamet Ulang Tahun banget ya coy! Selamat sukses banget! Panjang umur banget! Sehat selalu banget! Jangan lupa traktir banget! Undangan nikah sama pilot, jangan lupa kirim ke gue banget. Makin dewasa banget lu coy. Mamah lu bakal merasa tersaingi banget tuh gue yakin. Meski gak ketemu beberapa minggu, sekalinya ketemu cuman bentar, kita tetep temenan kan coy? Bentar lagi sertifikat "BangSat Community" bakal keluar kok coy. Lu jadi Ketua + Penasehat, Udem jadi Konsultan Gas Beracun Mematikan, mbak Dindul jadi Pakar Ke-ete-an, Ayu jadi ahli Morfologi Kedunia Mayaan, gue jadi orang sukses + istrinya *neeettt*. => Amin! Hahahaha. 

Sweet eight teen ya coy. Makin berjaya lu, tapi jangan berperan sebagai toko emas maju jaya. Kapan pulang sih? rencana kita nonton bareng gagal kan. Gue "belom" bisa kasih kado ato hadiah yang kayak di sinetron-sinetron gitu mbak. Tapi suatu saat, pasti bakal bisa kok. Yakinin aja deh. Berdoa aja ya. :| Gue tau kok, lu kecewa kan gue ngucapinnya telat? Jujur aja mbak. Gpp kok. Gue sedih. Iya gue sedih. Sungguh teramat sedih. Hikssss *buat ngehibur lu doang

Yaudah, gue gak bisa banyak berkata-kata lah. Gue gak mau dibilang omdo. Gue gak mau dibilang cerewet, dan sebagainya. Gue gak terima kalo begitu. Gue kangen kita berlima kumpul. Pas zaman masih alay, menjadi pusat perhatian anak-anak karang taruna. Apaan banget sih -___-. Ampe gak berminatt buat ngikut lomba 17-an. Yaudah, akhirnya kita berlima lolos lewatin zaman penuh kenistaan itu kan. Zaman sering-seringnya kita main dan nongkrong di depan rumah udem, nongkrong depan rumah si Dindul, sampe akhirnya pindah lagi menjadi depan rumah lu. Hah! Jadi inget pas sepulang gereja, si Dindul mau ngeprint sesuatu, yang nganter mah bejibun. Bawa pasukan. Mantap! Mesti dipertahankan nih spesies kayak kita. Udah keliatan semua, masa depannya cerah. Udah pada pake Pond's kan? 

Sebenernya ini post mau gue spesialin buat ucapan ke Si Dia doang. Tapi malah jadi cerita tembang kenangan begini. Gak kebayang, kalo nanti semua udah pada kuliah. Waktu buat ngumpul sih pasti tetep ada dan harus disempetin. Yang penting berjuang dulu yang masih pada putih abu-abu. Buat mbak Encoy sukses UTS nya! Udem semangat dan sukses UAN nya, mbak Dindul sukses ngegaet hati doi eh salah deng maksudnya sukses sekolahnya, dan Ayu selalu rajin update status ya. Mbak Estoy Dwi Widyastutyoy jangan bocen yah ama culhatan mingguan akoh :3




Sekali lagi --------> "Celamat Uyang Tahuuuuuuuun mbak ku cayang. God bless youu forever. Muachh! :* :* :*"







09 Desember 2012 - 2.15 a.m
Di ruang tengah sambil nonton Real Madrid <3

Selasa, 04 Desember 2012

Kalau Bukan "Kasih", Lalu Butuh Apa Lagi?

Hm, gue gak terlalu paham apa yang bakal gue keluarkan dalam post kali ini. Pasti bakal simpang siur dan ngalor ngidul kayaknya. Ya, pokok pembahasan yang pasti adalah sebenarnya, banyak peristiwa dan hal yang membuat gue merasa bahwa gue sendiri, gak ada yang temenin, bahkan sampe perasaan jahatnya gak ada yang peduliin gue. Emang gak seperti itu kenyataannya, karna gue sendiri pun sadar kalo perasaan itu lahir dari hati yang udah terlanjur suka hiperbola. Bersyukur, harus bersyukur karna kehiperbolaan itu sendiri walau keliatannya sulit diterima dan sedikit membuat parno diri sendiri. 

Sering banget keinginan untuk memotivasi diri itu selalu melekat di diri gue yang masih belia ini, namun praktek memang gak se-simple teori. Motivasi diri, ya itu yang selalu menjadi andalan gue disaat gue merasa sedih. Butuh perjuangan dan pengorbanan. Pengorbanan untuk berusaha melepas, merobek, menghancurkan, atau berbagai cara-cara yang lebih extream lainnya untuk membuka perekat perasaan negatif yang terlanjur dateng serta merajalela dalam diri gue. Saat gue merasa sendiri, sesungguhnya ada satu hal penting yang bener-bener terpenting yang gue lupain. Ada satu sosok yang gak pernah tinggalin gue, selalu dukung gue apa adanya, gak suka menuntut gue ini/itu, gak over protective, dsb. 

Dilain sisi, ada banyak hal yang bisa saja gue jadikan alasan untuk gue bersungut-sungut ngejalanin hidup. Banyak hal yang sebenernya bisa gue jadikan alasan kenapa gue gak melakukan tugas gue di dunia dengan baik. Tapi saat kesadaran gue pulih bahwa ada Tuhan Yesus yang selalu turut serta dalam hidup gue, gak ada lagi yang bisa gue jadikan alasan mutlak untuk mengeluhkan lagi berbagai-bagai masalah yang nyatanya udah berhasil gue laluin dengan baik. Sebelumnya, sering gue denger temen-temen di kelas gue kalo dia lupa ngerjain PR Matematika misalnya, pasti ada aja alasan "saya sibuk ini/itu pak jadi lupa. Tugas kan bukan pelajaran bapak doang" dan lain sebagainya. Ada benernya juga sih temen gue itu, tapi alasannya kurang begitu mantep karna itu tugas udah dikasih sejak seminggu yang lalu, sedangkan kalo PR-PR lain di hari-hari berikutnya. Ya panteslah kalo itu guru jadi gondok dan terus mencecar "kerjakan pulang sekolah kan bisa". Dengan sikap keanak mudaan yang terkenal dengan gak mau ngalahnya "saya les pak", dsb. Ok, topik bahasan kita bukan tentang PR kok.

Akhir-akhir ini, gue sering melow sendiri. Padahal gue bukanlah tipe orang yang demen ama hal berbau melow meskipun tergantung situasi dan kondisi juga sih. Namun, gue adalah orang yang moody. Gak bisa ditebak deh. Gue melow juga bukan karna tanpa sebab, karna sesuatu yang sepele namun lumayan membuat akibat buat gue. Yah, itulah sisi lebaynya manusia.

Pikiran dan perasaan yang menurut gue udah jahat banget adalah ketika gue membiarkan otak gue berargumentasi dengan lancarnya yang menyatakan bahwa "oke, gue sendiri. Gak ada yang peduli gue. Gak ada yang kepikiran sama gue yang lagi di sini ngerasain kecewa, dan laen-laen." Akhirnya gue sendirian masuk ke kamar, dan sebisa mungkin membuat suara tangis gue gak terdengar ampe kutub utara sana. Membuat gue termenung sendiri, flash back ke doa-doa gue. Gue gak ngerti apa yang lagi Tuhan mau buat di hidup gue. Di perjalanan gue sebagai anak-Nya yang masih muda dan belom banyak pengalaman ini. Saat gue merasa sendiri, ngerasa cuman perasaan ini gue yang rasa, sebenernya itu adalah perasaan egois. Sok-sok pengen dikasihani sama dunia yang terlanjur jadi saksi bisu kemurungan gue. Perasaan itu lebih cocok ada di hati orang yang gak punya iman! Makanya gue sebel banget kalo hati gue suka ngerasa begitu. Kayak gak bersyukur amat ama hidup. Toh, semua orang ngalamin kok, gak cuman gue doang. Justru saat gue ngerasa sendiri, Tuhan lagi nengok ke samping merhatiin dan ngejagain gue. Pas gue merasa rencana dan harapan gue gak terjadi sesuai yang gue mau, sebenernya ada sesuatu yang bentar lagi bakal Dia tunjukkin. Entah itu baik atau nggak. Yang pasti, baik di mata manusia belom tentu baik di mata Tuhan. Gitu juga sebaliknya.

Ah! Gue sebel saat gue beranggapan kalo diri gue gak bisa memotivasi diri sendiri. Buktinya daritadi, kalimat-kalimat yang gue lontarkan di atas adalah sebuah kalimat motivasian. Semangat gue buat terus berjaya. 
Gue inget sama kata-kata temen gue si Veronita yang biasa gue panggil Ve saat di motor pulang sekolah siang tadi, yang kebetulan gue meminta dia untuk nebeng pulang sekolah bareng. Di tengah perjalanan, dia bilang kalo dia merasa hidupnya selalu gagal gagal dan gagal. Hanya kesialan yang ada. Dan jadi pesimis untuk bisa wujudin harapan dia di SMA ini. Yang gue katakan sama dia adalah "lo jangan merasa gitu. Jangan lo membatasi kemampuan yang sebenernya bisa lo capai dengan omongan itu. Dengan pemikiran lo yang seperti itu, tandanya lo udah membatasi sesuatu yang sebenernya bisa lo dapetin." Setidaknya seperti itu percakapan singkat kami yang gue inget dan diteruskan dengan ngobrol kocak pas sampe di depan rumah gue. Mungkin sedikit munafik juga kalo gue gak merasa gitu terhadap hidup. Hanya aja, gue selalu merasa beruntung karna adanya Tuhan Yesus itu. Gue juga sempet bilang kalo "berhasil atau nggaknya sesuatu yang kita kerjain itu tergantung dari cara kita menilai hasil akhirnya. Sekali pun secara mata manusia itu memang gagal. Tapi kalo kita menganggap kegagalan itu bukan lah hal yang gagal, pasti semua bakal sembuh." Ya, agak sedikit mengkutip kata-kata motivasi dari luar. Tapi setidaknya, itu bermanfaat dan buktinya bisa gue terapin ke temen-temen gue.

Inti dari keseluruhan adalah kita harus punya kasih untuk bisa ngerasain kepedulian orang, rasa sayang orang, bahkan untuk ngerasain hadirnya Tuhan dalam hidup kita bahkan untuk memotivasi diri sendiri. 
Gak hanya pada saat memberi, saat menerima juga kita membutuhkan sebuah hal yang dianggap kecil namun berdampak besar yaitu "kasih". Tanpa adanya "kasih" saat kita melakukan penerimaan, gak akan kerasa berhikmat. Gak akan kerasa kalo itu adalah berkat. Hal itu sering kelupaan sama kita kalo kita gak peka akan adanya "kasih" itu sendiri. Seperti saat gue ada masalah dan jadi merasa sendiri, merasa gak ada yang peduli, merasa terbeban banget. Sebenernya itu hanya perasaan terbatas gue sebagai manusia biasa, coba kita gali lagi tentang keyakinan dan iman kita sama Tuhan, pasti gak akan berpersepsi seperti itu. Sekali pun masalah itu gede, gak akan ada lagi perasaan sendiri itu. Sebenernya banyak yang memantau kita, hanya kita gak peka sama "kasih" yang orang lain beri ke kita. Kalo kita mau memberi sesuatu ke seseorang, tanpa "kasih" yang kita beri itu gak akan menjadi berkat bagi diri kita sendiri tapi akan menjadi berkat bagi si orang itu kalo dia menerimanya sebagai berkat dan dengan "kasih'. Tanpa "kasih" pun kita gak akan bisa ngerasa bahwa sebenernya banyak orang yang baik dan peduli sama kita. Seperti halnya, seperti kita tahu kalo Tuhan Yesus selalu ada di saat kita duka/suka, tapi kenapa kita suka gak merasa kalo Tuhan itu ada dengan melihat masalah dari sisi penglihatan kita sebagai manusia yang terbatas? Ya, jawab di hati masing-masing ya. Yang tahu hanya diri sendiri dan Tuhan.
Dan satu hal yang gak kalah pentingnya, keluarga. Iya, keluarga. Yang selalu jadi tempat paling asoi dalam hidup gue. Gue yakin gak hanya gue yang ngerasa demikian. Karna itu udah jadi hal mutlak kalo keluarga bisa dibilang harta paling "wah" di dunia.


Nahkan bener kan! Gue merasa tulisan ini udah bener-bener ngalor ngidul dan semakin gak jelas alurnya. Yang penting udah terluapkan.
Gpp ya, yang penting terus maju dan semangat di dalam Tuhan anak muda!

Selasa, 30 Oktober 2012

Dia Padang, Dia Mendem, Oh Indahnya


Suatu ketika, salah satu rumah yang tepat berada di depan jalan lapangan RT 002/009 di sebuah komplek perumahan Kutabumi bertera tulisan "di jual" pada salah satu dinding kacanya. Entah benar atau tidak, mungkin gue hanya melebih-lebihkan keadaan yang sebenarnya. Ya betul, karena seinget gue juga nggak sampe ada tulisan begitu kok.


Tibalah pada suatu moment yang tidak disangka-sangka. Sejauh ingatan gue, sosok Rani yang masih sangat belia sedang berjalan keluar rumah sambil terdengar bunyi "tik tak tik tuk" yang nyatanya berasal dari jeritan sepatu pantofel milik nyokap gue yang dengan semena-mena gua "tak tik tuk" an di jalan gang yang bergerigi dan berbatu-batu kerikil tajam. Dengan kekuatan PD yang super duper sebagai anak kelas 2 atau 3 SD (lupa), gue berjalan dari rumah yang terletak di tengah gang menuju ke ujung gang yang berada tepat depan lapangan, hanya dengan mengenakan sehelai kaos dalem dan selembar celana strit merah yang gua yakinkan telah tiada itu.

Pertama-tama, gue ngelewatin rumah yang baru dijual itu, nampaknya rumah itu sudah memiliki penghuni baru. Dan gue liat di terasnya ada 2 sosok wanita cilik yang dari segi wajah memang nampak mirip. Kakak beradik, ya betul mereka adalah 2 bersaudara yang merupakan anak dari si pemilik baru rumah tersebut. Dengan tampang sok cool dan sok berkuasa karena merasa sudah lebih dahulu berada di gang tersebut, gua berjalan seenak dengkul ke mana pun kaki ini melangkah. Awalnya gua nggak melihat ke arah mereka, lebih tepatnya mungkin bukan "nggak" mau, tapi "pura-pura" nggak mau menengok ke arah rumah baru mereka. Saat gue balik, terang saja 2 orang tersebut nampak ilfeel melihat tampilan pakaian gue yang sebegitu menakjubkannya itu, dengan berbekal badan yang sedikit sekel, nampaknya celana dalam yang ketika itu dikenakan juga menunjukkan aksinya tanpa sepengetahuan gue. Saat itu gue lagi sama adek cewek gue yang bedanya cuma 3 tahun sama gue. Yang lebih parahnya dia lebih vulgar cuma pake kaos dalem dan celana dalemnya aja. Pas kita mau balik, gue berbalik dari arah kanan dan otomatis mata gue langsung tertuju ke arah rumah "baru isi" yang letaknya di sebelah kanan kalo ambil jalan ke arah timur tersebut.
Dengan seolah-olah merasa diperhatikan, sangat terobsesilah gue untuk mengambil batu di jalan lalu menimpuknya dengan segala kekuatan super yang gue miliki. "dug" , kurang sampai pada sasaran timpukan gue jatuh hanya sebatas lantai di depannya *bener nggak ya? gue lupa*. Lalu langsung kabur ngibrit bersama adek kecil gue yang kayaknya ketinggalan cepet larinya dibanding gue.

Ok, itu adalah awal perkenalan kami. Yang tidak disambut dengan peristiwa menyenangkan, namun peristiwa itu kini menjadi sejarah bagi kami hingga sampailah pada kebulatan tekad kami agar sejarah tersebut dapat diceritakan turun-temurun untuk anak-cucu kami kelak. *gubraaaakk*


Sekarang, mereka udah nambah pasukkan lagi, jadi 3 bersaudara. Dan semuanya berjiwa wanita. Yang mau gue bagiin kisahnya adalah temen gue yang merupakan anak sulung dari 3 bersaudara itu. Beliau berdarah Padang-Sunda. Ya, seperti kita tahu bahwa perpaduan gen yang dialaminya kini menghasilkan mata yang mendem ke dalam, lebih tepatnya bisa dikatakan "sipit", dan dengan hidung yang sedikit mekar di bagian bawah. Tapi sama sekali tidak mengurangi aura kecantikannya yang konon beliau dapatkan setelah bersemedi di kamar mandi, beliau mendapat pencerahan kemudian berdampak sampai sekarang. Sampai-sampai, ada seorang yang tega hanya mem-PHP-kan beliau.


Sekarang, beliau sedang mengenyam pendidikan di SMK negeri di Tangerang, dengan jurusan Keperawatan. Kelas 3 SMK tepatnya. Ya, beliau adalah sosok anak sulung yang terlihat cukup berwibawa dan bertanggung jawab terhadap keslamatan perutnya sendiri.

Menjadi anak pertama dan mempunya 2 orang adik yang masih dalam masa pertumbuhan, membuat beliau ekstra bekerja keras menjaganya. Sekolah pulang sore, terkadang mebuat beliau kewalahan mengasuh adik bontotnya yang sudah terlanjur akrab dengan pergaulan di lapangan lingkungan rumah kami. Adik kecil nan imut itu masih kelas 2 SD. Imut banget deh, boong dosa kok :|

Dia suka curhat sama gue lho, begitu juga sebaliknhya. Suka cerita-cerita ya karena memang itu sudah menjadi tradisi kami berlima (di gang kami memiliki teman bermain dari kecil yang terdiri dari 5 personil abege esty, dinda, lia, ayu, rani). Bukannya memang seperti itu peran seorang sohib? Selalu ada disaat butuh ataupun nggak butuh *pret*.

Nah! Yang gue ceritain di sini adalah si udem alias Yulia Melizza atau lia.

Pernah suatu ketika, beliau berada pada situasi di mana beliau menjadi sosok yang seolah di PHPkan oleh seseorang, entah maksud tujuan seperti apa yang sebenarnya orang itu tujukan pada sahabat sekaligus sodara gue yang nggak berdosa ini. Gue hanya memberi masukkan-masukkan serta nasihat-nasihat dan dukungan moral juga psikis setau dan sejauh wawasan gue aja. Sampailah pada saat yang berbahagia, keluar kata-kata mengharukan dari bibir seksinya "gua tuh kalo ngomong sama lu nyambung. cocok aja gitu. jadi enak" .*dengan pengubahan yang diperlukan*

Aduh, seketika jadi senyam-senyum sok cool deh gue. Kenapa gue merasa seneng? Karena jarang sekali bisa mendengar kata-kata yang terkesan romantis seperti itu dari mulutnya. Sangat sulit mendengarnya dalam kehidupan sehari-hari.

Tapi sekarang, kita berlima pun sudah jarang ngumpul karena kesibukkan kami masing-masing.

Temen, sahabat, sohib, bff, bahkan sodara gue yang udah menjadi salah satu bagian penting dalam hidup gue meski terkadang masih suka lupa-lupa ama dia karena keegoan dan emosi kita masing-masing masih saling berlomba, nggak menjadi alesan kita buat selek-selek-an sampe berhari-hari. Karena udah paham sifat satu sama lain, kita udah tau gimana cara menanganinya. 

Dulu pernah, suatu ketika ada warnet baru buka di deket rumah gue.

Kita masih gencer-gencernya suka main di sana, berbekal dengan pengetahuan minim yang sok tau, kita main fesbuk. Ya, hanya fesbuk yang kita tau saat itu. Jadi ceritanya, kita main 2 jam itu patungan masing-masing Rp 2500,- karena kita pake 1 komputer. Karena waktunya maghrib, kita pulang dulu dan berniat melanjutkan sisa biling nanti setelah maghrib. Tibalah waktunya kami berdua kembali ke warnet, awalnya masih aman-aman aja, namun semakin lama kian terasa perbedaannya. Beliau terasa amat dingin, dan murung. Sampe waktunya habis, dia keluar dan balik duluan. Gue bingung setengah modar, pas gue balik ternyata udah ada temen-temen gue yang ngumpul untuk main kayak biasa karena waktu iu lagi liburan, tapi gue perhatiin kayak ada yang kurang. Dan bener aja, ternyata temen gue yang abis ngewarnet barengan sama gue nggak ada di situ. Gue tanya sama mereka-mereka, karena gue yakin beliau lewatin mereka. Benar sodara-sodara, jadi sebelum gue tiba di antara mereka, "si doi" udah langsung ngeloyor aja tuh ngelewatin mereka. Sampainya di rumah, beliau bilang ke adeknya yang merupakan temen maen gue juga yang seketika itu langsung gantian ngeloyor keluar untuk sampein ke gue yang nyatanya belum tiba di TKP. Pas itu sih dia bilang, kalo dia sebel sama gue gara-gara gue egois nggak kasih kesempatan dia main untuk browsing-browsing internet sendiri, secara sebelumnya gue udah make waktu biling 1 jam penuh. Jantung gue langsung serasa berdegup kenceng bo', langsung "deg" gitu. Aduh! langsung gue ngerasa salah tapi gue malu buat minta maap saat itu. Langsung deh gue mencari-cari kesalahan di diri gue. Dan bener aja, gue juga merasa diri gue terlalu, amat sangat egois dan sangat nggak bijaksana menggunakan waktu biling yang tersisa itu. Harusnya itu jatah beliau, tepi gue ambil alih dengan dalih "ingin mengecek fesbuk doang kok".

Malu banget gue, salah banget gue, tega banget gue, tapi bodohnya lagi gue menutupi kesalahan di depan temen-temen dengan mengatakan "nggak kok, lagian dia nggak mau bilang" atau apalah kata-kata lainnya untuk beralasan.*gue lupa*

Pas temen paling tua di antara kita bilang "hayulu lia marah, minta maap lu dek" gua cuma bisa diem tak berkutik menunggu jawaban rumput yang bergoyang.
Begitu setidaknya tentang kisah kita, akhirnya sekarang semua udah baik-baik aja.
Kejadian itu terjadi udah lama banget, bertahun-tahun yang lalu dan kita anggap itu sebagai sejarah lagi. Sejarah unik kita nggak akan ada habisnya.

Nama : YULIA MELIZZA

Nick  : UDEM
TTL   : LEBAK, 31 Okt 1995
Zodiac: Scorpio
Cita-cita : menjadi pacar "dia"
Hobi   : Kentut
Mafaf  : Cilok (kalo ga salah)
Mifaf   : Aer putih?
Genk : BangSat Community (Komunitas Bangau Satu).
Moto Hidup : Buanglah kentut sembarangan, karena mambuang angin itu sehat!
Seorang warga negara Indonesia yang bersuku kebangsaan Padang-Sunda.

Tepatnya sekarang dia lagi ultah nih. Ini diah wujud makhluk yang daritadi hanya sebatas teori gua jabarkan kisahnya. Cekidott..


@loteng rumahnya


   



  Happy Sweet 17th udeeeeeemmm!!!!
Selamat ulang tahun udem sayaaaaaaaaaaaaaaaanggg..!!!!! Panjang umur, sehat selalu, semakin pinter, semakin cantik, semakin teratur jadwal kentutnya, semakin giat belajar, semakin berbakti sama ortu, semakin rajin mandi susu, semakin giat dengerin cerita-cerita ter-uptodate gue, semakin dan semakin segala-galanya. Sukses selalu sekolahnya, pergaulan dan pertemanannya, dan semua-muanya. Semakin patuh sama Allah ya, banggain pak malizar sama bu malizar tercinta.
Seperti gue bilang tadi, kisah unik kita nggak hanya berenti sampe di situ aja, masih banyak kisah-kisah yang bakal kita ukir nantinya. Terus jadi temen baek, sahabat, sohib, sodara yang menampilkan apa adanya diri lo ya. Sebagai anak cewek, sebenernya banyak hal yang nggak boleh lo lakuin seenak dengkul. Tapi inilah diri lo, dengan ke-apa adaan lo yang menjadikan lo selalu membekas di hati tiap temen-temen lo nggak hanya di kita berempat pastinya, gue yakin. Diharapin dengan mendemnya mata lo itu, membuat lo juga semakin jauh tertanam mendem dalam hati kita-kita nih. Moga kita akan terus bersama yaa, kita berlima pastinya..

Yaudah, pesen gue, apalagi sweet seventeenth nih yaaaa, terus berjuang buat masa depan lu. Jangan loyo, kalo ngegebet orang itu yang pasti-pasti aja. Hahahaha.

Akan ada saatnya lo dapet yang terbaik dem. Jangan kontaminasi "kemulusan" hidup lo selama ini dengan kelakuan orang yang nggak punya hati. CEMUNGUTH EAACH!! :* =D
Sukses terus udem!
Ditunggu traktirannya, dan cerita-cerita ter-uptodate nya!!


WE ALWAYS LOVE YOUUUUUU, DEEAARR :* :* :* :* :* muach muaccchh muaaaccchh !!
SELAMAT ULANG TAHUN KAMI UCAPKAN, SELAMAT PANJANG UMUR KITA KAN DOAKAN, SELAMAT SEJAHTERA, SEHAT SENTOSA, SELAMAT PANJANG UMUR DAN BAHAGIA!! 

Ayo, Tes Mata dan Otak Lewat Permainan Ini





Ayo, Tes Mata dan Otak Anda Lewat Permainan Ini

Ada satu permainan menarik dengan melihat gambar di bawah ini. Sesekali kita lakukan tes untuk meneliti seberapa teliti mata mencari dan melatih respon otak.
 
Aturan mainnya sebagai berikut:
1. Sebaiknya lakukan hal ini bersama keluarga, teman-teman atau pasangan.
2. Ambil stopwatch untuk menghitung waktu
3. Tentukan caranya: "Cari angka 8 dari deretan angka pada gambar" 
4. Siap? Langsung cari...
5. Nah, kalau Anda  bisa mendapatkan angka 8 di bawah 15 detik berarti mata kamu masih jeli dan cerdas. Kalau antara 30 hingga 40 detik, artinya standar. Tapi kalau lebih dari 1 menit, wah harus periksa ke dokter mata, deh.
Selamat bermain :-)

Selasa, 23 Oktober 2012

Masihkah Hidup Terasa Nyaman?

Rasa nestapa tak kunjung usai apabila kita terus memandang dunia hanya dengan mata manusia kita.Perasaan bangga atas pencapaian, seringkali membawa kita pada situasi keterlenaan terhadap hal yang sebenarnya dapat membinasakan kita. Tak mampu mengusaikan pekerjaan yang seharusnya dilaksanakan dengan disiplin, namun malah semena-mena memperbudak alam untuk menjadi seperti yang kita minta. Memang, dunia ini penuh dengan kedurjanaan yang tidak lumayan baik untuk menjadi sahabat bagi kehidupan kita. Apapun yang baik, nyatanya tak selamanya dipandang baik. Seringkali beberapa mata keliru dalam memandang, hati bersalah dalam menilai, sehingga akhirnya tangan tak mampu mencapai hal-hal yang sesungguhnya dapat kita capai.

Perasaan yang rumit, penuh dengan kerikil-kerikil tajam yang menjadi santapan sehari-hari dalam hidup yang kejam ini. Ya, beberapa orang mungkin akan berpikir kapan kisah pilu ini akan berakhir. Berbagai argumentasi saling membaur dan seolah bermaraton ingin mencapai garis finish yang setipa orang pasti ingin menjajalnya. Namun kenyataannya? Omongan hanyalah sekadar omongan.


Sesungguhnya, tak perlu repot-repot untuk mencapai klimaks yang tepat. Hanya dibutuhkan kesadaran serta pengintrospeksian pribadi lepas pribadi. Hanya saja, kelemahan budaya kehidupan kita saat ini adalah hanya mampu berbicara tanpa kuat untuk bertindak. Mulailah berpikir yang berorientasi ke depan, pupuk dedikasi juga etos kerja yang berkualitas untuk menjaga kehidupan kita yang hanya tinggal sebentar lagi ini.

Ketika Bumi Berputar

Pernah nggak lo ngerasa seneng? girang? bangga? campur aduk jadi satu apa pun rasa-rasa yang berunsur bahagia. Ok retoris, gue percaya kita semua pernah ngalaminnya. Nggak terkecuali orang yang teranggap sampah sekali pun oleh dunia, pasti ada kalanya dia, mereka merasakan bahagia dalam waktu yang udah Tuhan tentuin.

Gak banyak basa-basi, akhir-akhir ini gue selalu merasakan sesuatu hal yang nggak kalah bikin seneng, kegirangan, ge'er, bahagia, bikin senyum-senyum sendiri, bahkan loncat-loncat nggak jelas layaknya pemain sirkus yang tengah beraksi. Sebenernya banyak hal yang pastinya menjadi faktor bahkan pokok sumber kebahagiaan yang gue rasain. Bersyukur banget! 
Yang pengen gue share di sini, bukan kisah yang gue maksud di atas sih, tapi tema nggak lari jauh dari hal-hal di atas kok.

Pertama, gue semakin menemukan alasan Tuhan kenapa Dia masukkin gue di sekolah yang nggak terpikirkan gue bakalan menimba ilmu di sana. Gue berasal dari sebuah SMP negeri yang letaknya ada di kabupaten tangerang. Gue SD di sekolah swasta katholik, tiba-tiba waktu SMP gue nyebrang ke SMP negeri. Bener-bener kaget awalnya, karena belum terbiasa bergaul, bermain, bahkan berteman sampe akrab sama orang-orang berbeda iman kecuali temen-temen rumah gue. Di SMP itu gue menjadi sosok minoritas yang benar-benar memperjuangkan harkat dan martabat gue sebagai orang percaya. 
Memang gue mengalami berbagai ujian-ujian yang rasanya udah berat banget kalo dihadapin dalam keadaan gue masih SMP dan itulah yang membawa gue saat ini untuk semakin bisa dan terbiasa bergaul tanpa memandang hal-hal yang berbau-bau seperti itu. Di dalem keluarga gue juga selalu diajarkan untuk nggak membeda-bedakan kok. 

Bertumbuh dalam situasi sekolah sebagai minoritas, membuat gue semakin merasa kalo gue wajib bersyukur karena dipilih Tuhan sebagai anak-Nya. Puji Tuhan di sana gue jadi terkenal akan nasehat-nasehat jitu kalo ada temen yang curhat. Gue merasa, gue dapet berkat dari Tuhan melalui relasi gue sama Tuhan, gue juga mesti nebar berkat yang udah Tuhan kasih itu, supaya jangan berenti di gue aja tuh berkat.

Bergaul dalam lingkungan negeri, membuat gue bertekad masuk SMA negeri juga. Berbagai cara gue lakuin buat bisa mencapai harapan gue itu.
Sewaktu UN, saat penentuan sebetulnya. Semua berlomba-lomba buat dapet yang terbaik, berbagai cara dihalalkan. Puji Tuhan gue selalu dapet wejangan dan wanti-wanti dari keluarga untuk nggak pake cheat,kunci jawaban, atau apa lagi deh dengan kata-kata pengistilahannya.
Sampailah kepada saat yang berbahagia, dengan selamat sentausa mengantarkan gue pada pintu kelulusan dengan nilai yang cukup baik. Mendapat rata-rata 8 koma sangat puji Tuhan banget! 
Tapi, di sinilah awal pergumulan gue sebenernya nampak.

Pertama, dengan nilai yang segitu gue harus mendapatkan sekolah negeri di tangerang, gue udah mondar-mandir ke kantor kabupaten tangerang dengan ditemani sosok yang setia sama gue yaitu bokap yang sampe bela-belain cuti hamil, eh cuti buat anter gue ke tigaraksa ngurus surat pindah rayon sekolah.
Dengan perasaan optimis, gue memberanikan diri untuk terus berharap sama Tuhan.
Tapi, beginilah nasib anak kabupaten, selalu kerasa dianak tirikan sama pemerintah kota.
Obsesi gue masuk negeri di kota, karena angkatan tahun lalu nya yang dari kabupaten pun bisa nembus ke kota.
Kenyataannya, sistem itu nggak dipake lagi saat angkatan gue tengah berjuang mendapat nilai lulus itu. 
Kecewa awalnya.

Tapi semakin ke sini, gue semakin sadar Tuhan nempatin gue di SMAK swasta yang nggak terpikirkan gue sebelumnya, dengan segudang tujuan dan berjuta-juta bahkan bertriliun-triliun maksud terbaik yang akan Dia tunjukkan kalo gue mau menerima hikmat yang Dia kasih. Saat ini, gue bergabung dalam komunitas pemuridan yang berawal dari kegiatan seminar di sekolah gue, dan akhirnya gue ikut kegiatan luar sekolah yang diadain sama lembaga yang menyeminari waktu itu. Belum terlalu aktif banget sih, tapi sekarang gue mengerti maksud Tuhan. 
Saat dulu, gue berharap bisa masuk negeri, berbagai rayuan dan alesan gue tancap gas kan dalam tiap doa-doa gue pagi, siang, malem, subuh, hingga balik lagi ke pagi, dst sama Tuhan. 
Gue beralesan sama Tuhan, karena gue udah merasakan gimana berada dalam lingkungan sebagai minoritas, gue berjanji mau dipake sama dia lagi di sana. Mau menjadi dampak buat temen-temen di sana. Tapi secara nggak sadar sebenernya gue menjadi bangga akan diri sendiri dan jatohnya malah jadi bermegah hati akan ke"beda"an gue dari temen-temen gue itu.

Ya, saat itu gue mengimani ketika keadaan tidak seperti yang kita pengen, percaya kalo Tuhan udah sediakan yang terbaik dari yang paling baik. Berbagai penguatan dari bokap, nyokap, kakak-kakak, adek, temen-temen tepat sampai sasaran di hati gue. 
Sekarang gue ada, sebagai sosok yang udah nggak menjadi minoritas lagi. Tantangan semakin besar, bagaimana gue bisa menjadi berdampak buat orang yang udah percaya. 
Ah iya bener, kalo aja waktu itu gue pake contekan, terus bisa dapet nilai gede, terus masuk di sekolah negeri kota, pasti akan dengan mudahnya gue terihat berbeda gak hanya dari tampilan luar tapi juga tampilan dalem. Mau perjuangin harapan, tapi pake cara curang, gak membanggakan banget.
Justru saat ini, gue berada dalam lingkungan yang udah sepadan sama gue, bukan berarti gue nggak bisa jadi terang juga di sana, justru Tuhan mau gue berjuang dan berusaha demi Dia supaya bisa kasih dampak baik buat sekitar. Banyak orang berlomba-lomba buat dapetin berkat dari Tuhan, tapi ketika dikasih dia takut kehabisan berkat yang dari Tuhan itu. Padahal dengan kita memberi/menyalurkan berkat itu ke orang sekitar, Tuhan bakal menambahkan lagi dan lagi kan?

Pokoknya gue merasa, sekarang ini doa-doa gue udah banyak terjawab sama Tuhan. Apa yang nggak terpikirkan dan gue anggap nggak mungkin terjadi, sekarang buktinya udah terjadi. Gue dapet temen-temen baru yang solid-solid dan asoi-asoi, semakin bikin gue betah. Gue bisa dapet temen kesayangan yang bisa bikin gue teduh, juga pada masa-masa tahun pembaharuan hidup gue saat ini. Makasih ya! ^^

Dan saat ini gue merasakan kalo hidup bener-bener kerasa muter layaknya bumi. Ada kalanya di atas, dan ada kalanya di bawah. Puji Tuhan, sebagai orang-orang pilihan-Nya pasti yang terbaik yang Tuhan kasih ke kita.

Jangan kecewain Tuhan dan jangan putus asa saat harapan lo nggak terwujudkan, kasih Tuhan selalu melimpah ke atas kita. Jangan sampe kita melakukan yang baik hanya karena pengen dapetin timbal balik yang baik juga. Ngerayu Tuhan dong? Ada maunya. Tuhan nggak mau yang seperti itu. Dia pengen kita melakukan dengan setulus hati. Bukan berarti kisah gue gak mau pake contekan saat UN itu hanya untuk rayuan supaya dipandang baik sama Tuhan dan akhirnya gue dapetin yang gue pengen. Yang gue pengen, mungkin bukan yang terbaik buat gue, dan buktinya sekarang Tuhan menempatkan dan memberadakan gue pada tempat yang semakin menumbuhkan iman gue. Amin!

Dia menyediakan yang terbaik dari yang paling baik
Keep growing and be excellent, guys!

Jumat, 12 Oktober 2012

Kredit Kepribadian

Ok saudara-saudara. Post gue kali ini didasari oleh kesadaran gue mengenai perubahan sifat atau sikap gue yang terjadi akhir-akhir ini.
Entah karena mulai stres akibat tugas sekolah yang terasa tak kunjung usai meski telah usang, atau faktor perubahan dari masa-masa labil tahap 1 menjadi labil tahap 4. Kenapa bisa langsung 4? Karena gue merasa kalau masa labil gue yang nyata berawal sewaktu kelas 1 SMP, tahap 2 kelas 2 SMP, hingga seterusnya.
Gak terasa, 3 tahun melewati masa-masa itu dengan suka dukanya menjadi anak lebay di pinggir jalan. *aduh*

Hm, saat ini gue baru kelas 1 SMA, dan gue merasakan adanya perbedaan kepribadian gue semenjak kelas 2 SMP karena satu dan lain hal.
Awalnya gue adalah seorang yang periang, sangat banyak bicara tak mau berhenti ngoceh karena gak mau tersaingi sama 'esia ngoceh' saat jaman itu, terkenal dengan ceriwisnya, karena dari kecil pun kata nyokap-bokap gue, gue udah menunjukkan kalau gue adalah sosok yang cerewet. Didukung dengan adegan bersenandung-senandung lagu gak jelas kosa katanya setiap gue bangun dari tidur. Setiap apa yang ada di sekitar gue, gue jadiin nyanyian. Pernah suatu ketika, bokap gue verita kalau waktu itu sempat saat bokap sama gue pergi ke pantai karang bolong bersama dengan tetangga gue naik mobilnya yang kebetulan sbeda 1 tahun di atas gue, saat di jalan gue menyanyikan lagu-lagu yang memang gak jelas. Pohon gue jadikan lagu, dan sebagainya.
Balik ke topik!
Di SMP, gue terkenal dengan sosok yang cerewet, galak, lumayan agak ditakuti karena kecerewetannya, dan saat gue kelas 3 gue menjadi sosok yang amat sangat mencintai hal-hal berbau puitis. 
Gue dikenal sebagai pakar kata-kata nasehat bijak, namun tidak suka membajak.

Karena suatu masalah yang telah membuka mata hati dan pandangan gue terhadap dunia, gue menjadi sosok yang malas berbicara. Ya sodara-sodara, malas bicara.
Padahal gue adalah sosok yang berasal dari spesies burung beo berdarah jawa.
Yang bikin gue menjadi lebih senang menyimpan opini gue dalam hati adalah, karena gak mau menambah masalah apabila gue mengungkapkannya. Gue tipycal orang yang lebih senang menyimpan sendiri, kalo memang udah gak kuat ya baru dilepas. Dan bener-bener melepas dengan cara cerita panjang lebar ke sahabat gue (Falihatul Ibriza Purnidya Anugrah-sahabat dari SMP).

Entah mungkin karena dorongan dari orang tua dan keluarga ketika badai itu menghampiri gua, lebih baik diam daripada banyak berkata nanti malah dianggap sesumbar mencari belaan. Ya, keluarga gue typical keluarga yang ga demen pamer. Apalagi pamer gigi atau bulu hidung. 
Dan sekarang tumbuhlah gue menjadi sosok rani yang baru. 
Mungkin untuk orang-orang yang udah mengenal gue lama gak akan sadar akan gue yang sekarang, karena memang masih suka banyak berbicara nmaun hanya momen-momen tertentu aja.
Ga setiap waktu kayak dulu. Oh iya, gue juga dikenal dengan type orang yang supel. Namun, untuk gue yang sekarang nampaknya adalah rani yang lebih suka sendiri meski acapkali kalian bisa menemukan gue lagi ngumpul-ngumpul sama 3 temen gue (Arna, Leo, Jecksen).

Gue yang sekarang adalah seorang 'gue' yang tidak suka banyak berbicara kalau memang hal itu tidak penting, yang selalu memandang ke masa-masa yang akan datang-selalu membayangkan akan jadi apa gue kelak. Entah mungkin perubahan gue ini juga dipicu dengan pernah hadirnya 'seorang' dalam masa remaja gue belum lama pada waktu yang lalu-lalu. Dia adalah sosok yang cuek, an jadilah gue terpengaruh menjadi sosok yang cuek juga. Meski masih dalam standart normal. 

Oke mungkin pengenalan terhadap pribadi gue cukup di sini dulu.
Karena gue pun masih dalam tahap pendalaman tentang apa yang benar-benar terjadi dalam diri gue saat ini. 
Akibatnya, gue semakin gak mengerti ke arah mana tulisan ini berbicara. Baiklah saudara-saudara, post saya pada waktu ini resmi ditutup. *tok tok tok* (ketok palu).

Kamis, 11 Oktober 2012

Beberapa Hari Lagi

Udah 4 hari terhitung sampai hari ini, gue menjalani UTS di mana suatu moment peperangan otak yang sengit bagi para siswa/i  di sekolah gue.
Ya, gak memandang temen berbagai cara untuk mendapatkan nilai terbaik pun dilakukan.
Entah halal atau tidak, sampai ada yang berebut untuk jaga lilin *eh aduh maaf salah
Maksudnya berebut jawaban contekan. Memang perilaku sangat tidak terpuji saudara-saudara, namun terbukti telah teruji kebenarannya. *astaga*
Hari senin tanggal 8 Oktober lalu tepatnya merupakan hari pertama gue masuk medan perang sengit itu.
*iya tau, lebay banget emang -_-*
Pelajaran bahasa indonesia, okelah bisa, dilanjutkan dengan pelajaran-pelajaran selanjutnya yang ada di hari-hari berikutnya sudah nampak sedikit-sedikit kerontokan rambut dan ngelotoknya kulit kepala *ketombe dong?* yang tiada henti.
Kewirausahaan? Adoh, itu soal mantep banget! Sebutkan & jelaskan, demikian model soal tersebut berulang-ulang pada setiap nomornya.
Tidak terasa 1 setengah jam berlalu, waktunya dikumpul. Dan apesnya, gue belom kelar ngerjain sodara-sodara -_- *matilah awak*
Baru 11 nomor dari 15 soal yang berhasil terpecahkan itu juga disertai dengan rumus jitu "ngasal bin ngawur" ala rani.
Sedih sih, tapi yasudahlah.
Berhubung dapet kabar kalau guru kewirausahaan (KWH) baru aja married waktu hari sabtunya gue maklum aja mungkin beliau khilaf.

2 hari lagi nih, selesai juga UTS nya.
Waktu awal-awal masuk sekolah memang masih belum terasa meski sudah dibiasakan membawa beban tugas pr setiap pulang sekolah.
Baru ngerasain suka-dukanya jadi anak SMA.
Gue sekolah di sebuah persekolahan swasta Khatolik yang gak begitu jauh dari rumah.
SMA Maria Mediatrix tepatnya.

Sewaktu gue SMP, pengen banget rasanya cepet-cepet menjajaki masa SMA di mana kalo kata sinetron di tipi adalah masa yang paling menyenangkan dan paling banyak dibuat ilustrasi masa-masa cinta bersemi.
Tapi keoptimisan gue pengen cepet-cepet SMA bukan karna hal semacam itu kok.
Gue suka bingung kalo ada temen gue yang masih sempet main/nongkrong sama temen-temennya di tengah kesibukkan dan menumpuknya pr yang gak karuan itu.
*Sekali lagi, entah karena ke-khilafan guru-guru atau memang sudah kodratnya sebagai anak SMA*
Ya, satu hal, gue bangga menjadi anak SMA. Denag kesibukkan yang gue punya ya berarti gak ada lagi tuh alesan untuk ngelakuin hal ga penting yang biasanya dulu gue lakuin.
Pikiran-pikiran labil yang pas SMP selalu menghantui, sekarang sudah mulai sirna seiring sibuknya jadwal.
Sewaktu SMP gue alay abis! Gak nahan deh!
Untung aja udah lewat. Gak gak mau lagi lagi deh beralay-alayan ria. Tar ditangkep trantib brabe -_-

Oke, seharian ini gue di depan lepi mulu. Belom belajar.
Jangan sampe kisah tadi pagi terulang untuk kedua kalinya.
Kemarin gue bener-bener gak belajar geo, kimia cuma sekadar baca-baca tanpa memahami dengan pasti dan jitu, agama juga gak baca sama sekali
Tibalah waktunya, ulangan kimia
Maknyoss!! No 1 ok bisa, no 2 juga bisa, no 3, bisa, bisa baca doang, no 4 dst bisa gilaa.
Yaudah dengan sekuat mental, hati, dan jiwa gue isi sesuka hati kecil tak berdosa ini berbicara.
Dengan mengandalkan rumus-rumus yang gue tau ala kadarnya, gue isi. Lumayanlah kalo esay pasti akan dapet upah nilai nulis toh.
Mungkin karena baru awal, jadi belum begitu deket banget sama kimia.
Sewaktu masih PDKT dulu, itu si kimia udah bikin gue linglung sih.
Emang ada kalanya gue bisa ngertiin dia, tapi keseringan dia yang gak ngertiin gue.
Gue udah garuk kepala, dia gak ngerti gerak-gerik gue juga? Mesti belajar bahasa verbal emang.
Ya ampun.

Pas awal tiap mau kerjain soal, gak lupa berdoa terus kok.
Tiap selesai mau kumpul, gak lupa gua luangin waktu buat doa meski sebentar.
Yaa, gue hanya bisa mengerjakan, untuk hasil akhir titu kan jadi haknya Tuhan.
Apa pun hasilnya nanti, yaa Tuhan memiliki rencana yang baik.
Kalaupun harus remed, toh masih bisa memperbaiki nilai. Emang gak boleh ngegampangin sih.
Sewaktu di kelas, gue motivasi diri sendiri "kalau memang harus ada yang diremed, toh remed sebangai awal sebuah kesuksesan di masa nantilah". AMIN!
Begitulah bunyinya.

Oke deh, gue siapin buku dulu + belajar ya.
Byebye ^^

Rabu, 26 September 2012

Indah di Mataku

Tiada yang lebih indah selain denyut nadimu

Tiada yang lebih istimewa selain nafas hidupmu

Semua terjadi seraya kau dalam benakku

Hembus angin menyerbakkan aromamu yang memekik rinduku

Memotong lalu lintas sukacita

Ketika kumenyadari kau jauh di sana

Rindu yang kian datang, menyerbu aliran darahku hingga buatku membisu

Ya, kuberharap kautetap izinkan ku'tuk tak berhenti memikirkanmu..

Sabtu, 22 September 2012

Berawal Dari Biasa Menjadi Kebiasaan

Di sini gua mau ceritain tentang kisah pertemanan diawal tahun pelajaran masa SMA gua.
Sungguh mengharukan dan menjadi menyenangkan ketika kita saling menyadari bahwa berawal dari pelajaran biologi lah kami dipertemukan kemudian dipersatukan hingga sekarang.
Memang masih seumur jagung usia persahabatan kami, namun keeratan dan kerjasama kami selalu terlihat dari hasil yang kami dapat setiap kali tugas kelompok. (Perasaan lebay amat yak)

Inilah nama anggota kelompok kami yang sekarang nampak seperti D'Rainbow (inget sinetron yang di escetepe itu loh) ada yang bernama iyut, veve, oca, dan coco. Kami terdiri dari berbagai suku, 1 Jawa, 2 Batak 1 Cina dan 1 Ambon (bener gak sih?). Sampai kami tak tau harus bagaimana menamainya.

1. Ruth Agustini Butar-butar
Berdarah Batak-Bali yang lahir di Bali. Meski memiliki paras yang cantik, namun tetap tidak diakui oleh penduduk bali akibat bentuk hidungnya yang sedikit menjorok ke dalam (tapi kayaknya masih terlalu mendelep-an gua -_-)
Ini diah sosok makhluk yang biasa dipanggil Iyut, Ute, Butet, dsb.

2. Veronita S. Wijaya
Berdarah Palembang-Bangka. Wanita cantik nan tomboy yang pernah gua ajakin ambil tugas ke rumah waktu di sekolah, dan pas mau balik ke sekolah malahan gua diajakin belok ke kios baso mas bowo dulu. Memang dasar :p. Perlu diketahui, gue rasa dia salah satu spesies penggemar bakso bowo. Memang gua akui lumayan enak sih. Tapi tetep enakan bakmi aho ke mana-mana kalo menurut gue. Hahahaha
Ini dia wujudnya. cekidot

3. Rosalina Ikinresi
Berdarah Ambon-Batak yang mempunyai mama super duper canggih.
Bisa berperan sebagai kepsek, satpam SMA, atau pun seorang ibu di rumahnya.
Wanita cantik dan manis ini agak sedikit galak didukung dengan tampang yang sedikit sangar bo' namun tetap jelita.
Cekidot

4. Rapco Tarigan
Temen gua yang satu ini sangat berangan menjadi pendeta. Terbukti dengan prestasi nya di jejaring sosial, yang berhasil mendapat gelar "Pdt." di depan namanya karena settingan langsung dari tangannya sendiri. Beliau adalah salah seorang brondong dari seorang kakak kelas bernama *blablabla* yang merupakan masih saudaraan dengan iyut (Ruth). Memang belum jadian, ya istilahnya baru penggemar rahasia kali ya. Hahaha *peace co!
Maap ya co.. Oleh karena ProfPic FBnya begini, gua ambil aja yang ini. Tetep keren kok, keliatan gantengnya :p

5. Dan terakhir ini gue -> Rani
Gak usah pake poto, tar pada terkesima -_-
Ya, gua terkenal sebagai sosok pemakan segala dalam keluarga yang jadi rada parno karena berat badan naik mulu -_-. Bukan karena takut gendut, melainkan karena gak mau keseksiannya sirna. Beliau juga salah satu makhluk penyuka mie ayam, singkong goreng, ayam kremes, nasi goreng tektek, dan basreng alias baso goreng (cemilan jaman SMP). Pokoknya, banyak banget maunya.



Ok, berawal di hari Selasa tanggal berapa gua lupa -_-
Yang jelas, saat itu satu kelas yang berisikan 33 orang yang bersuku berbeda-beda tetapi tetap satu itu disuruh membuat kelompok masing-masing 5 orang anggota oleh bu Vero (perkenalkan, beliau guru biologi dan kimia gua. Dan sepertinya otak beliau terbuat dari alumunium yang berlapiskan stainless steel seperti layaknya sebuah sendok yang tidak bisa dibengkokkan dan tahan karat -_-) *iya tau, lebay kok, gua juga ampe mules sendiri bacanya*
Saat itu materi masih tentang pengertian dan contoh molekul, sel, jaringan, organ, sistem organ, individu, komunitas, bioma (lupa urutannya nih, gimana dong -_-)
Dan saat itu kita disuruh mencari contoh mengenai komunitas apa yang ada di sekolah (tetap yang berhubungan dengan biologi) dan hasilnya harus dipresentasikan di depan kelas yang beranggotakan 33 orang dan terdiri dari banyak suku bangsa itu. Hahaha
Dengan bermodal buku tulis dan buku paket sebagai panduan dalam terjun lapangan, tanpa terasa kami pun tiba di parkiran sekolah sambil diiringi dengan cerita-cerita yang menurut gua sangat kurang berbobot dan bemutu dan sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan tugas yang disampaikan bu Vero saat itu.
Kebetulan, pelajaran biologi terpotong oleh waktu istirahat.
Dan sangat tergodalah kami untuk istirahat sejenak dan gua menghabiskan bekel yang sedang menunggu kedatangan gua dari tadi pagi di dalam tas tercinta.
Lalu gua tersentak kaget melihat kertas buku yang masih kosong hanya berisi sedikit tulisan bertuliskan soal tugas yang bu guru berikan. (Gak gitu sih sebenernya, cuma lebay aja kali ya)
Dengan pasrahnya, yaudahlah kita balik dulu ke kelas jajan-jajan di kantin isi perut.
Gua inget banget, di situ kita masih canggung untuk ngobrol, karena memang baru beberapa minggu masuk kelas (kalo gak salah).

Di Kelas
Pas bel masuk, kita mesti, kudu, wajib presentasiin hasil pengamatan lapangan yang tadi.
Gua liat, kelompok yang lain udah pada siap, kelompok gua masih nulis-nulis apaan kali.
Buru-buruuuu -____-
Yaudah, pas tiba kelompok kita maju, pas terakhirnya gua ngomong tanpa skenario yang dibuat.
Huah, Puji Tuhan kelompok kita akhirnya jadi contoh kelompok lain bagaimana cara-cara dan isi presentasinya itu.
Ngerasa diikutin sih, tapi yasudahlah
Berarti kelompok kita bagus.
Hahahaha
Lega.

Sekian dulu kisah perjalanan persahabatan kita. Soalnya masih panjang banget, bisa jadi koran kali ya nanti.
Kapan-kapan gua lanjut lagi.