Senin, 27 Oktober 2014

Jalan Tuhan Bukan Jalanku, Namun yang Terbaik Untukku

Pada postingan kali ini, gue mau cerita sedikit eh banyak deng tentang pengalaman dalam dunia persekolahan gue.

Oke, gue adalah seorang siswi SMA sebuah sekolah swasta di kawasan elit Kotabumi, yang amat terkenal karena letaknya yang amat dekat dengan pusat perbelanjaan sembako, Giant Express. Gue memang polos, tapi tidak tepos. Sekolah yang gue tumpangi sebagai mediasi untuk mengenyam pendidikan SMA selama hampir 3 tahun ini, letaknya tepat di belakang bangunan besar yang plangnya lebih berwarna dibanding plang sekolah gue sendiri. Oke ini gak penting.

Kebetulan, gue SD di sekolah ini juga. Sebut saja sekolah X. Zaman gue SD (2003-2009), tentu bangunan Giant Express yang saat ini menjadi tameng sekolah gue belum ada. Semua masih tanah kosong yang lapang dada #eh!. Bahkan, tidak jarang anak-anak kecil banyak menggunakannya sebagai lapangan futsal ekonomis karena wujudnya yang memprihatinkan. Namun, nampaknya keprihatinan itu jauh lebih meningkat setelah bangunan Giant Express dibuat. Entah makhluk dari mana yang menyetujui pembangunan bangunan tersebut tepat di depan sekolah gue berada. Alhasil, sekolah yang didirikan oleh para suster TMM sejak 20-an tahun silam hampir tenggelam ketenarannya di Kotabumi tercinta ini. Tapi, semoga aja presiden kita yang baru macam pak Jokowi mampu membantu meningkatkan ketenaran positif sekolah tercinta gue kembali. Hehehe...

SD
Dulu, waktu menjelang UN SD gue ngebet banget sama yang namanya SMPN 5 Tangerang. Letaknya di perempatan lampu merah arah ke Kalideres. Entah kenapa, sekolah berlapiskan cat tembok kuning-biru itu dulu bikin gue kesem-sem. Gue sadar, salah satu motivasi gue ingin masuk di sekolah negeri itu adalah karena gue melihat teman main hampir sebaya yang usianya 2 tahun di atas gue sekolahnya di negeri. Lebih tepatnya SMPN 2 Tangerang. Auw! Dengan sikap penuh kerendahhatian atau mungkin kerendahdirian (?), gue memilih untuk berangan-angan bisa masuk di SMPN 5.
Waktu pengumuman hasil UN pun tiba. Gue sungguh amat nggak sabar melihat selebaran yang menyatakan gue lulus dengan NEM ya kalo bisa di atas 30,00 (padahal cuma 3 pelajaran).
Gue sempet deg-degan, waktu acara perpisahan semua anak yang punya NEM >27,00 orang tuanya akan diundang dateng ke acara perpisahan. Ada beberapa anak yang dipanggil, tapi kok gue nggak (?)
Dengan perasaan dengki dan iri, gue menangis di tengah keramaian kota yang usang. Sedih. Dahsyat. Hancur. Halah.
Ternyata, gue dapet NEM 25,30. Ah Puji Tuhan dan harus bersyukur karena paling tidak Tuhan memberikan angka 8 untuk usaha dan kerja keras yang sudah gue lakukan selama ini menjelang UN dan 6 tahun KBM. Ya, setidaknya gue bisa menorehkan angka yang lumayan 'apik' untuk dipertontonkan kepada anak-anak gue kelak. Tapi eh tapi, angan gue untuk masuk ke SMPN 5 Tangerang batal total (bukan gagal! Tolong bedakan antara gagal dengan batal, please!) karena nyokap gak izinin gue sekolah jauh-jauh. Selain karena pertimbangan ongkos, pertimbangan kalo hujan dan macetpun turut berargumen di sana. Gue sempet nangis dalam menentukan pilihan sekolah yang gue mau. Merasa pupus dan lenyap sudah harapan gue. Dulu, gue udah mikir kalo nantinya gue bisa masuk di SMPN Tangerang, kesempatan gue bisa masuk di SMAN Tangerang pun lebih besar. Tapi, Tuhan berkehendak lain. Akhirnya gue mendaftarkan diri dengan membawa beberapa persyaratan berkas-berkas yang dibutuhkan ke suatu sekolah negeri juga. Ya, paling nggak gue tetep masuk di SMPN 5 lah. Hanya aja, embel-embel belakangnya yang beda. Yang gue ingini adalah SMPN 5 Tangerang, tapi yang Tuhan kehendaki adalah SMPN 5 Pasarkemis. Hehehe...
Tapi nyatanya, Tuhan tetep mempercaya gue untuk bisa terus menorehkan prestasi di sana. Meskipun harus melalui rintangan dan ujian yang cukup berat apabila diukur dengan kemampuan seorang siswi remaja SMP kala itu.

SMP
Saat gue kelas VIII, sempet ikut OSN untuk mata pelajaran IPS Terpadu yang bertahan hanya sampai tingkat kabupaten, yakni kab, Tangerang. Waktu itu tes pertama tinkat kecamatan di SMPN 1 Pasarkemis, dan gue lolos 10 besar. Dari sekolah gue mengirimkan 2 peserta untuk masing-masing mapel seperti Matematika, Biologi, Fisika, dan IPS Terpadu. Di mapel gue, hanya gue seorang yang lolos. Tapi di mapel lain, rata-rata dua-duanya lolos. Tanpa persiapan, karena istilahnya gue adalah peserta cabutan dalam artian mendadak diutus. Alhasil, gue belajar SKS. Lagi-lagi gue bersyukur karena diizinin ngerasain berkompetisi di dalam sebuah kompetisi yang bener-bener kompetisi dan juga disandingkan untuk berperang dengan orang-orang yang jauh lebih pinter dari berbagai sekolah. Kalo gak tau, ya lewatin. Bukan malah nyontek, dsb. Yaiyalah gimana mau nyontek, gak kenal semua. Lagipula di sini kita sedang berkompetisi mempertaruhkan nama baik sekolah.
Sewaktu gue kelas IX, gue juga sempet merasakan yang namanya menginjili. Secara gak sengaja, gue menginjili temen baik gue yang sedang penasaran sama ajaran di keyakinan gue. Ya, meski terkadang gue juga sering terinjili oleh Asma'ul Husna, Wal'asri, daaaan sebagai-bagainya dari mereka yang setiap pagi selalu apel. What a great experience!

SMA
Lanjut, pas gue SMP pengen banget masuk SMAN Tangerang. Tapi gue sadar akan posisi wilayah sekolah gue berada. SMPN 5 Pasarkemis terletak di ujung kabupaten Tangerang, perbatasan antara kota Tangerang dengan kabupaten Tangerang. Miris memang, sangat berasa dianaktirikan sama Pemkot Tangerang kalo kayak gini. Hikssss. Jadi, di kebijakan pemerintah daerah gue, setiap siswa/i yang ingin masuk ke sekolah di Kota yang asal sekolahnya dari kabupaten, akan bisa diterima dengan terlebih dahulu mengikuti seleksi NEM dari masing-masing sekolah. Biasanya, yang diutamakan adalah mereka yang asal sekolahnya memang berasal dari kota itu sendiri. Kalo berasal dari luar kota tersebut, NEMnya akan dipotong sesuai perhitungan yang sudah ditetapkan. Kursi yang mereka sediakan bagi siswa/i dari luar kota hanya 5% saja. MIRIS!
Gue sempet berusaha untuk menginput NEM gue dengan mendaftarkan diri dengan pedenya ke SMA 15 Tangerang. Sekolah baru yang ternyata ramai peminat. Dengan NEM 33,85 gue berusaha memasang tampang tembok saat melihat jumlah NEM di muka map-map para pesaingers gue kala itu. Rata-rata NEM mereka 36 ke atas. Tiba saatnya gue dipanggil untuk input data-data, ada salah seorang guru yang bertugas menginput data mengatakan "kamu yakin mau ngelamar 3 sekolah itu? Di sini aja (SMA 15 Tng) paling rendah udah 36an lho. Saingan kamu kan sama anak-anak kota. Kalo mau, lamar di SMA 10, 13, sama 14 pasti dapet". Gue yang memang dari awal sudah pesimis (selain karena sebel akan aksi curang temen-temen seperjuangan waktu UN), hanya tersenyum mlesam-mlesem denger support nyentek dari bapak itu. Gue sempet mikir apa coba aja ya? Tapi pas gue tanya di mana lokasi sekolah-sekolah itu berada ternyata naujubilah. Ya gak heran sih kalo passing gradenya agak rendah. Karena selain jauh, ada juga yang ternyata letaknya agak ke pedalaman. Meskipun wilayahnya tetep masuk dalam wilayah kota.
Tibalah waktunya untuk pengumuman! Gue udah siapin mental kok takut-takut gak keterima. Dan hasilnya memang gak keterima. Gue memaknai itu sebagai bukan jatahnya gue. Gue imani, sama seperti waktu SMP, Tuhan mau pake gue di tempat lain. Dengan wajah lesu dibahagia-bahagiain kayak orang gagal kawin, gue meninggalkan jejak bisu di koridor SMAN 15 Tng sambil berlari kecil sambil rambut beterbangan ditiup angin nan sepoi. Sambil mengusap air mata, aku berlutut di tengah lapangan sambil menengadahkan wajah ke langit dan berteriak "ku akan menemukan penggantinya!!!" (kayak lagunya Winda, tapi ini versi ke"akan"annya). Drama banget, men! Gak gitu lah!
Akhirnya, gue menjatuhkan pilihan ke SMAK tempat gue menimba ilmu saat ini dan tinggal beberapa bulan lai gue lulus! Gue lulus! Gue lulus! Rasanya gak akan habis cerita yang bisa gue bagikan ke temen-temen mengenai pekerjaan Tuhan yang gak disangka-sangka. Siapa sangka, ternyata di sekolah ini gue sempet dipercaya untuk melayani sesama dengan menjadi waketos, setelah lengser akibatnya gue didudukkan pada sebuah kursi ketos. Sungguh kuasa Tuhan yang bekerja. Gak mudah dapetin itu semua. Dari sekolah ini pula gue dikirim ke Eagle Hill untuk ikut jambore IM3 dan hasilnya gue terpilih jadi 'duta IM3 Tng' dari sekian banyak peserta yang ikut camp.
Saat ini, bentar lagi, akan tiba saatnya gue menitahkan masa jabatan gue ke penerus yang tentunya harus lebih baik, lebih komitmen, lebih loyal, lebih berdedikasi, lebih aktif, lebih lincah, lebih tanggap, lebih cerdas, lebih profesional dari yang sebelumnya. Sama sekali gue gak merasakan malu kalo ada yang mengkritik kinerja gue selama ini. Toh, gue sudah berusaha melakuakan yang terbaik semampu gue. Memang terkadang terbawa ego sehingga gak mampu menyelesaikan suatu pekerjan dengan baik dan tepat waktu, tapi gue percaya dan yakin dengan amat sangat apa yang gue alami ini adalah sebagai bekal masa depan gue entah itu di dunis perkuliahan atau bahkan dunia sosial yang lebih nyata lagi nanti setelah lulus kuliah. Semua yang udah gue timba, entah itu dengan baik atau kurang baik, semua akan menghasilkan yang terbaik kok di mata Tuhan. Entah orang melihat selama ini gue sebagai apa, gue selalu berusaha mampu menempatkan diri gue dengan baik. Di tempat gue menimba ilmu ini, gue mendapat banyak pengajaran tentang moral dan moril, etika dan etiket, serta pengajaran tentang membaca karakter orang an gerak gerik orang dalam berbagai situasi. Untuk punya intuisi yang tajam, bisa dilatih kok. Sering-sering aja berhadapan dengan orang yang menurut kalian menyebalkan, dengan sendirinya tubuh, jiwa, dan roh kalian akan dengan sendirinya mampu mengatasi perbedaan karakter orang-prang di sekitar kalian. Melalui pengalaman yang gak akan berhenti bekerja, cepat atau lambat alam akan menjadi saksi dan menyeleksi siapa-siapa saja yang lolos uji. Mesi seringkali harus ada air mata yang lewat, it's no problem lah...

Intinya, gue selalu punya warna di masa-masa sekolah gue. Di saat gue mau berusaha, tapi lingkungan gak mendukung, atau saat lingkungan sudah mendukung tapi guenya yang kurang usaha. Gue selalu berusaha mengucap syukur dan senyum tiap kali ada kepahitan yang dateng. Berbagi kesusahan dengan temen yang dipercaya, gak membuat makin lemah kok. Justru kadang Tuhan pakai orang lain untuk menasihati kita, untuk menyampaikan kehendak-Nya. Gue imani, melalui kejadian kebatalan gue sebanyak dua kali untuk masuk di sekolah yang gue ingini, Tuhan mau gue terus semangat. Dia mau gue terus inget sama karya ajaib Sang Pencipta Khalik dan Bumi. Gak terpikirkan semua apa yang waktu itu dan sekarang gue alami. Bukan gak mungkin gue tidak menjadi sesuatu atau apa-apa kalau aja waktu itu gue kekeh ikutin kehendak gue masuk di sekolah yang gue 'pengenin'. Tuhan tahu dan akan memenuhi apa yang kita butuhkan, bukan inginkan.
Saat ini, gue kembali sedang berharap sama Tuhan. Sebentar lagi gue akan menghadapi UN beserta personil-personil unyuknya. Setelah itu tes SBMPTN. Gue amat berharap bisa lolos di salah satu PTN yang gue tuju. Tujuannya adalah untuk ngeringanin beban ortu, dan siapa sih yang nggak bangga punya anak, adek, mbak yang sekolah di PTN favorit. Bahkan kalo bisa, gue dapetin scholarship sepanjang kehidupan ngampus gue selama 3,5 tahun nanti. Setelah gelar sarjana gue dapetin, lanjut deh dapet scholarship magister, sampe jadi doktor nantinya. Amin! Intinya sih, berusaha dan berusaha. Jadikan yang lalu sebagai pelajaran. Yang sudah berlalu biarlah berlalu. Tuhan punya hari depan yang cerah dan penuh harapan. Jangan menghalalkan berbagai cara waktu kepepet, nyontek misalnya. Ah meski terkadang godaan itu cenderung menerpa. Udah kelas 3, yang dibutuhin itu bukan sekadar nilai bagus tapi gak bisa apa-apa, melainkan harus bisa apa-apa meski gak apa-apa kalo nilainya gak seberapa. Gue harus yakin, gue pasti bisa! Makasih gak terbendung buat bapak, ibu, mbak ai, mas tian, dek ica yang selalu dukung dek anik buat gapai cita-cita dan selalu nasihatin dek anik!!! Aaaaak! UUUUUIIIIIIII!!! I'M COMING!!!

Satu lagu yang gue favoritkan banget sampe saat ini:

Ada waktu di hidupku, pencobaan berat menerpa
Nantikan Tuhan jadikan semua indah pada waktu-Nya
Hari esok tiada kutahu, namun tetap langkahku maju
Kuyakin Tuhan jadikan semua indah pada waktu-Nya
Reff:
Pada Tuhan masa depanku, pada Tuhan kus'rahkan hidupku
Nantikan Tuhan berkarya indah pada waktu-Nya

Jalan Tuhan, bukan jalanku
Jangan bimbang ataupun ragu
Nantikan Tuhan jadikan semua indah pada waktu-Nya

AMIN............................................
I love RIANNIZA HM Family

1 komentar:

  1. Baccarat for Beginners: A Beginner's Guide - ULTIMATE
    I'm just going to deccasino share a bit more on how to play the 제왕카지노 game of baccarat today. Before I get into specifics, 바카라 사이트 I need to

    BalasHapus