Terlambat? Sebuah kata yang memilik makna "sudah tidak bisa", "tertinggal arus", dan sebagainya. "Sudah tidak bisa" tersebut hanya berlaku pada saat tertentu saja.
Banyak hal yang bisa dilakukan ketika lo sedang berada dalam situasi "terlambat". Sangat sederhana, ketika lo datang ke sekolah dengan terlambat itu menyatakan bahwa lo sedang diburu oleh sebuah hal yang bernama "hukuman". Bagaimana kalau di kehidupan nyata? Bukan lagi terlambat karena datang ke sekolah, melainkan terlambat karena dengan "sikap yang gak disengaja" nya lo beserta kecerobohan lo, semua kesempatan jadi terlewat. Alhasil, keterlambatan kan yang lo dapet?
Ketika lo sedang ada masalah dengan sohib, dengan lalai lo sms dan berharap-harap cemas ingin dimengerti sama dia. Tapi ternyata balasannya adalah sebuah respon yang tidak diinginkan. Padahal sebenarnya, dengan sms itu, lo berharap semua bisa selesai dengan baik dan lancar. Tapi yang terjadi? Benar-benar selesai. Selesai sudah persahabatan lo.
Gue gak akan mengatakan "ini yang dinamakan sahabat?" atau lain sebagainya yang bersifat menjatuhkan. Gue yang salah, gue yang gak bener dalam bersikap, gue yang terlalu egois. Apa ini yang dinamakan ketulusan? Dengan gaya dan karakter gue yang seringkali tidak bisa diterima orang lain apalagi bagi mereka yang belum mengenal gue.
Hey! Lo tau akibat yang lo buat? Lo mendapat banyak cacian, makian, kutukan, dan sebagainya. Kata-kata yang bersifat emosi itu seolah berkejaran ingin mendorong lo dan menjorokan lo ke sungai kotor yang dangkal dengan tenaga yang sangat keras. Alhasil, lo bisa kembali. Tapi sudah dengan banyak luka luar maupun luka dalam yang disebabkan. Parah men. Karena lo dijorokan dengan tenaga yang amat sangat kuat. Bahkan, mungkin ada beberapa bagian di tubuh lo yang gak langsung terluka, namun perlahan-lahan akan muncul luka memar yang gak lo sadari bahwa sebenarnya datang dari aksi dijorokannya lo.
Siapa yang perlu disalahkan kalau sudah begini?
Kalian hanya perlu introspeksi. Kesalahan yang menurut gue fatal, berhasil gue lancarkan. Seribu karung kebaikan dan ketulusan berhasil dilucuti hanya dengan secuil keluhan. Yang berujung pada tidak baiknya hubungan lo dengan sahabat lo saat ini.
Lo nyesel?
Udah terlambat men.
Sahabat lo udah terlanjur merasa disakiti, gak mau lagi dia berhubungan sama lo. Seseorang yang diberi embel-embel "sahabat", itu istimewa banget men. Tapi ketika lo mencemarkan embel-embel "sahabat" itu dengan merobeknya sedikit aja pada bagian ujungnya, pasti akan terlihat cacat. Jadi, demikianlah pandangan orang yang telah memberi lo stample "sahabat" dalam menilai lo seterusnya. Cacat.
Harapan gue, untuk kalian yang memiliki sahabat, dijaga baik-baik hubungan kalian. Relasi kalian harus tetep terjaga dengan baik. Jangan pernah ucapkan protes melalui pesan singkat atau yang biasa kita kenal dengan "sms". Kemungkinan terjadi salah paham sangat besar. Lebih baik, siapkan diri dan siapkan topik yang akan dibahas, kemudian kalian bertemu dan ungkapkan secara langsung.
Mencegah lebih baik daripada mengobati.
Maaf untuk orang-orang yang sudah gue juteki sepanjang hari ini. Maaf untuk orang-orang yang udah gue sakiti.
Banyak hal yang bisa dilakukan ketika lo sedang berada dalam situasi "terlambat". Sangat sederhana, ketika lo datang ke sekolah dengan terlambat itu menyatakan bahwa lo sedang diburu oleh sebuah hal yang bernama "hukuman". Bagaimana kalau di kehidupan nyata? Bukan lagi terlambat karena datang ke sekolah, melainkan terlambat karena dengan "sikap yang gak disengaja" nya lo beserta kecerobohan lo, semua kesempatan jadi terlewat. Alhasil, keterlambatan kan yang lo dapet?
Ketika lo sedang ada masalah dengan sohib, dengan lalai lo sms dan berharap-harap cemas ingin dimengerti sama dia. Tapi ternyata balasannya adalah sebuah respon yang tidak diinginkan. Padahal sebenarnya, dengan sms itu, lo berharap semua bisa selesai dengan baik dan lancar. Tapi yang terjadi? Benar-benar selesai. Selesai sudah persahabatan lo.
Gue gak akan mengatakan "ini yang dinamakan sahabat?" atau lain sebagainya yang bersifat menjatuhkan. Gue yang salah, gue yang gak bener dalam bersikap, gue yang terlalu egois. Apa ini yang dinamakan ketulusan? Dengan gaya dan karakter gue yang seringkali tidak bisa diterima orang lain apalagi bagi mereka yang belum mengenal gue.
Hey! Lo tau akibat yang lo buat? Lo mendapat banyak cacian, makian, kutukan, dan sebagainya. Kata-kata yang bersifat emosi itu seolah berkejaran ingin mendorong lo dan menjorokan lo ke sungai kotor yang dangkal dengan tenaga yang sangat keras. Alhasil, lo bisa kembali. Tapi sudah dengan banyak luka luar maupun luka dalam yang disebabkan. Parah men. Karena lo dijorokan dengan tenaga yang amat sangat kuat. Bahkan, mungkin ada beberapa bagian di tubuh lo yang gak langsung terluka, namun perlahan-lahan akan muncul luka memar yang gak lo sadari bahwa sebenarnya datang dari aksi dijorokannya lo.
Siapa yang perlu disalahkan kalau sudah begini?
Kalian hanya perlu introspeksi. Kesalahan yang menurut gue fatal, berhasil gue lancarkan. Seribu karung kebaikan dan ketulusan berhasil dilucuti hanya dengan secuil keluhan. Yang berujung pada tidak baiknya hubungan lo dengan sahabat lo saat ini.
Lo nyesel?
Udah terlambat men.
Sahabat lo udah terlanjur merasa disakiti, gak mau lagi dia berhubungan sama lo. Seseorang yang diberi embel-embel "sahabat", itu istimewa banget men. Tapi ketika lo mencemarkan embel-embel "sahabat" itu dengan merobeknya sedikit aja pada bagian ujungnya, pasti akan terlihat cacat. Jadi, demikianlah pandangan orang yang telah memberi lo stample "sahabat" dalam menilai lo seterusnya. Cacat.
Harapan gue, untuk kalian yang memiliki sahabat, dijaga baik-baik hubungan kalian. Relasi kalian harus tetep terjaga dengan baik. Jangan pernah ucapkan protes melalui pesan singkat atau yang biasa kita kenal dengan "sms". Kemungkinan terjadi salah paham sangat besar. Lebih baik, siapkan diri dan siapkan topik yang akan dibahas, kemudian kalian bertemu dan ungkapkan secara langsung.
Mencegah lebih baik daripada mengobati.
Maaf untuk orang-orang yang sudah gue juteki sepanjang hari ini. Maaf untuk orang-orang yang udah gue sakiti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar